- Maret 5, 2021
- Posted by: AstriSO93
- Categories: Artikel, Gerakan Revitalisasi Desa, Jaringan
Ide Gerakan Revitalisasi Desa (GRD) berakar dari pengalaman Bina Swadaya memberdayakan masyarakat Desa melalui pembentukan dan pengembangan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Upaya yang dilakukan Bina Swadaya telah menghasilkan kurang lebih 3.000 KSM. Sementara itu, KSM yang dibentuk bersama lembaga pemerintahan dan sektor privat mencapai 1 juta KSM dengan total anggota 25 juta keluarga, yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Penguatan kelembagaan masyarakat sebagai wadah pembangunan pengembangan usaha sosial ekonomi yang mendukung perwujudan desa maju, mandiri, dan berkelanjutan,” ungkap Bambang Ismawan Pendiri Yayasan Bina Swadaya dan penggagas Gerakan Revitalisasi Desa.
Dalam rangka mengimplementasikan konsep revitalisasi desa dengan bertumpu utama pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang berkarakter wirausaha sosial dan koperasi berbasis KSM yang telah diuji coba di Kabupaten Batang, Jawa Tengah sejak Mei 2016 hingga awal 2018, melibatkan 10 desa di 9 kecamatan.
Dalam proyek percontohan di Kabupaten Batang, Bina Swadaya berhasil membentuk dan mereaktivasi 10 KSM untuk setiap desa dan memfasilitasi pembentukan dan pengembangan BUMDes, serta memfasilitasi pembentukan 6 koperasi. Total KSM yang difasilitasi oleh Bina Swadaya di Kabupaten Batang sebanyak 100 KSM dengan rincian 37 bentukan baru dan 63 hasil reaktivasi.
Dampingan yang dilakukan oleh Bina Swadaya begitu dirasakan manfaatnya oleh KSM Guyub Rukun, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Mukaromah, salah satu anggota KSM Guyub Rukun ini mengatakan, pendampingan yang dilakukan oleh Bina Swadaya sangat dirasakan manfaatnya.
“Kami diberi pelatihan dan pendampingan administratif dan tata kelola keuangan oleh Bina Swadaya. Setelah diberi pelatihan dan pendampingan, sekarang kami menjadi lebih tahu dalam mengelola administrasi keuangan, sehingga administrasi di kelompok kami menjadi lebih baik. Terima kasih Bina Swadaya,” kata Mukaromah.
Ia mengungkapkan, sebelum Bina Swadaya hadir, masalah terbesar ia dan pengurus kelompok lainnya adalah terkait permodalan dan tata kelola keuangan. Selain memberikan pelatihan dan pendampingan terkait administrasi keuangan, Bina Swadaya juga memberikan pelatihan pengorganisasian kelompok.
“Model pelatihan yang dilakukan Bina Swadaya dilakukan melalui pertemuan tatap muka. Biasanya, kami akan duduk bersama untuk membahas berbagai persoalan yang terjadi. Bina Swadaya hadir memberikan solusi,” tutup Mukaromah.