- Februari 4, 2021
- Posted by: AstriSO93
- Category: Gerakan Revitalisasi Desa
Program Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi fokus utama pemerintah Indonesia yang ditargetkan selesai pada 2030 mendatang. Sejalan dengan pemerintah, Bina Swadaya telah memulai langkah untuk mewujudkan program SDGs melalui Gerakan Revitalisasi Desa (GRD) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Pendiri Yayasan Bina Swadaya, Bambang Ismawan mengatakan, GRD berawal dari adanya masalah-masalah marjinalisasi yang menimpa desa-desa di Indonesia. Desa seharusnya menjadi unit ekonomi yang independen sebagai desa mandiri. Namun, alih-alih menjadi ‘akar’ yang kuat bagi ‘pohon besar’ NKRI, desa-desa di Indonesia selama puluhan tahun sebagian besar justru terpuruk dengan berbagai permasalahan.
Permasalahan-permasalahan itulah yang membuat Bina Swadaya akhirnya tercetus untuk melaksanakan Gerakan Revitalisasi Desa melalui pilot project di Kabupaten Batang selama dua tahun (2016—2018). Kala itu, sebanyak 10 desa yang tersebar di 9 kecamatan menjadi lokasi berlangsungnya GRD.
“Di setiap desa direkrut dua orang pendamping yang bertugas menumbuhkembangkan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), selanjutnya membentuk Koperasi Serba Usaha (KSU) dan BUMDesa (Badan Usaha Milik Desa). Pada akhir uji coba, telah terbentuk 100 KSM yang beranggotakan sekitar 2.000 keluarga, 10 BUMDesa, 6 KSU dan 1 Koperasi Revitalisasi,” papar Bambang Ismawan.
Uji coba ini berawal dari pertemuan Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo (periode 2012—2017) dan Bambang Ismawan pada awal 2016 lalu di Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, Bambang menceritakan pengalaman Bina Swadaya memberdayakan masyarakat selama 50 tahun melalui kerja sama dengan berbagai lembaga pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi, ataupun filantropi internasional dengan membentuk kelembagaan solidaritas yang disebut KSM.
Dari situ, Pemerintah Kabupaten Batang tertarik dan berminat mengaplikasikannya. Selanjutnya, Bina Swadaya segera mempelajari kondisi di Kabupaten Batang, menyusun rencana kerja, mencari dana, menetapkan tim pelaksanaan di pusat ataupun lapangan, menentukan jumlah desa dan kecamatan yang menjadi wilayah kerja, merekrut dan melatih pendamping, serta mensosialisasikan konsep kepada kepala desa.
“Gerakan pembangunan pedesaan menciptakan program-program untuk pemberdayaan masyarakat pedesaan, seperti renovasi gedung sekolah di desa miskin, reforma agraria, perhutanan sosial, pendampingan kelompok rentan ekonomi, baik dalam usaha tani ataupun nonusaha tani, pengembangan koperasi perdesaan, konservasi kawasan sempadan mata air dengan revegetasi, penyediaan bibit unggul, pelatihan usaha tani, peningkatan kesehatan desa, hingga penyediaan bahan baku,” jelas Bambang.
Kini, Kabupaten Batang kembali menjadi pilot project dari pengembangan Gerakan Revitalisasi Desa oleh Bina Swadaya. Bupati Kabupaten Batang Wihaji (periode 2017—2022) mengatakan, salah satu potensi dan kekuatan yang akan dibangun Kabupaten Batang adalah desa. Dari total 769 ribu jiwa penduduk, sebanyak 85 persennya adalah warga desa. Dengan kata lain, GRD memanfaatkan peluang-peluang yang ada di desa, dengan tujuan menciptakan desa mandiri dan maju.
“Hadirnya GRD yang diusung Bina Swadaya membuat warga Kabupaten Batang berdaya dan mandiri. Kita harus mendidik masyarakat untuk belajar mandiri. Kemandirian itu menjadi kekuatan kita. Kemandirian ini harus bisa kita tumbuhkan agar desa bisa berkompetisi,” tutur Wihaji.
Dirinya mengakui, GRD tidak akan bermanfaat jika tidak ditumbuhkan dengan gerakan. Bina Swadaya memberikan inspirasi melalui Gerakan Revitalisasi Desa.
“Saya mendukung Gerakan Revitalisasi Desa yang digagas Trubus Bina Swadaya. Kita sama-sama berharap ada sesuatu yang baru yang akan dibangun di Kabupaten Batang,” beber Wihaji.
“Gerakan Revitalisasi Desa yang diaplikasikan di Kabupaten Batang memberikan inspirasi dan solusi. Saya sangat senang gerakan ini dikomandoi langsung oleh Pak Bambang Ismawan. Saya yakin melalui GRD akan menciptakan desa yang maju, mandiri, dan berkelanjutan,” tutupnya.