Empat Tipe Social Enterprise

Dalam perkembangan bisnis modern, muncul sebuah model yang menjanjikan keseimbangan antara profit dan purpose: Social Enterprise. Usaha sosial adalah usaha untuk mencapai tujuan sosial atau lingkungan. Namun, tidak semua Social Enterprise memiliki model yang sama. Model ini bervariasi dalam operasi, sumber pendanaan, dan fokus dampak. Memahami perbedaan ini sangat penting bagi siapa pun yang ingin merintis bisnis berdampak.

Berikut adalah empat tipe Social Enterprise yang perlu diketahui.

1. Community-based Social Enterprise

Tipe ini berakar pada kebutuhan suatu kelompok/komunitas yang berbagi permasalahan dan tinggal dalam satu lingkup. Model ini sering menjadi awal dari pemberdayaan kolektif.

Fokusnya,mengatasi masalah dan meningkatkan kesejahteraan kelompok melalui kegiatan ekonomi. Pengembangan usaha seringkali berbentuk badan usaha bersama, seperti koperasi. Keuntungan yang dihasilkan akan direinvestasi untuk pengembangan usaha ini. Tipe ini umum diterapkan karena sifatnya yang praktis, grassroots, dan langsung menyentuh permasalahan lokal.

2. Non—for—Profit Social Enterprise

Model ini berfokus pada dampak sosial tanpa mengejar keuntungan sebagai tujuan utamanya. Struktur organisasinya mirip dengan organisasi non-pemerintah (LSM).

Fokusnya, murni pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan masalah sosial di wilayah tertentu. Bisnis ini sangat bergantung pada dana sosial (donasi, hibah, atau fundraising). Tipe ini menuntut pengelolaan profesional dengan organisasi yang terstruktur. Ini penting untuk menjamin transparansi penggunaan dana sosial dan efektivitas program.

3. Hybrid Social Enterprise (HSE)

Hybrid Social Enterprise (HSE) adalah model yang paling fleksibel dan semakin populer. Tipe ini secara sadar mengintegrasikan misi sosial dan misi komersial dalam satu atap untuk menjamin keberlanjutan jangka panjang.

Fokusmenjaga keseimbangan antara dampak sosial dan stabilitas finansial.

HSE menggunakan komposisi dana campuran, yang mencakup dana sosial (donasi/hibah) dan pendapatan yang bersifat semi-komersial, bahkan komersial (penjualan produk/jasa). Pendapatan dari sisi komersial disubsidikan untuk membiayai program sosial, sehingga bisnis tidak perlu bergantung sepenuhnya pada donasi eksternal.

4. Profit-for Benefit Social Enterprise

Model ini merupakan evolusi di mana mekanisme bisnis yang efisien digunakan secara maksimal, tetapi dengan tujuan akhir yang jelas: seluruh keuntungan digunakan kembali untuk memperluas dampak sosial.

Fokusnya mencakup pemberdayaan, pengembangan bisnis, hingga pertumbuhan bisnis untuk menciptakan impact berskala luas.

Tujuannya membuat penerima manfaat (beneficiaries) menjadi lebih mandiri dan tidak ketergantungan terhadap penyandang dana.

Keuntungan finansial dari penjualan produk atau layanan diinvestasikan kembali untuk meningkatkan kualitas program sosial, menambah jangkauan penerima manfaat, atau mengembangkan lini bisnis yang lebih berkelanjutan.

Pada akhirnya, Social Enterprise adalah tentang menciptakan sistem yang berkelanjutan agar dampak itu dapat terus berkelanjutan.

Model Social Enterprise mana yang paling sesuai dengan misi jangka panjang bisnis Anda?



Tinggalkan Balasan