- Maret 5, 2021
- Posted by: AstriSO93
- Categories: Artikel, Gerakan Revitalisasi Desa, Jaringan
Desa dengan segala potensi dan kekayaan alam melimpah menjadi modal besar yang perlu dikelola untuk membangun perekonomian warga desa yang berkelanjutan. Selaras dengan filosofi bahwa desa merupakan akar dari pohon Indonesia, penguatan desa untuk mewujudkan desa maju dan mandiri merupakan syarat utama bagi tercapainya Indonesia yang sejahtera.
Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah melalui pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagaimana secara yuridis telah dikuatkan oleh Pemerintah melalui UU No. 6/2014 tentang Desa, khususnya pada pasal 16 yang mengatur BUMDes.
Berbagai potensi yang dimiliki suatu desa jika dikelola dengan baik melalui BUMDes bisa menciptakan desa yang maju, mandiri, dan sejahtera.
Kaitannya dengan pembentukan dan operasionalisasi BUMDes, keterlibatan Bina Swadaya yang memiliki pengalaman dalam melakukan pendampingan dan penguatan kelompok masyarakat, evaluasi kinerja pendampingan, serta peningkatan kapasitas personil pendamping, dapat mengoptimalkan peran Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai pelaku utama. Dengan begitu, mampu mengakselerasikan tercapainya orientasi BUMDes dalam rangka kewirausahaan sosial.
“Secara konseptual, orientasi BUMDes bermuara pada kecerdasan kehidupan masyarakat, kemandirian, kesejahteraan, serta kelestarian lingkungan dan berkelanjutan,” kata Pendiri Yayasan Bina Swadaya, Bambang Ismawan.
Salah seorang pendamping BUMDes Sarasati Timur, Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang, Akhmad Fakhidhowi mengatakan melalui Gerakan Revitalisasi Desa, Bina Swadaya turut mendorong pembentukan dan pengembangan BUMDes di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
BUMDes Sarasati Timur melakukan usaha jasa pariwisata berupa kolam renang. Fakhidhowi mengatakan, pembangunan tempat wisata kolam renang ini berasal dari dana desa yang dialokasikan melalui pemerintah desa.
“Sudah berjalan hampir tiga tahun, BUMDes Sarasati Timur menjalankan usaha jasa pariwisata berupa kolam renang. Setiap bulannya omzet dari usaha tersebut mencapai Rp50 juta,” ujarnya.
Dirinya mengungkapkan terkait dengan kegiatan kelompok, selama pendampingan difokuskan kepada pendampingan yang terkait dengan administrasi yang meliputi pembukuan. Pendampingan ini bertujuan agar kelompok-kelompok tersebut memiliki panduan serta dapat mandiri dalam mengelola keuangan kelompok.
Berbekal pengalamannya bersama Bina Swadaya, tim pendamping melakukan sejumlah metode pembelajaran, salah satunya konsultasi. Tim pendamping akan mengajak pengurus kelompok untuk berdiskusi untuk memecahkan permasalahan yang ada.
“Kami juga selalu memberikan motivasi kepada seluruh stakeholder di desa ini, mulai dari pelaku-pelaku BUMDes, pengurus koperasi, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pendidikan hingga tokoh agama,” ungkap Fakhidhowi.
Metode lainnya yang juga diterapkan tim pendamping adalah asistensi, yaitu melakukan pendampingan secara intens.
Dirinya tak menampik pada prosesnya menemukan sejumlah kendala, misalnya seperti memperkenalkan BUMDesa kepada calon-calon pengurus, tim pendamping melakukan berbagai macam model pemberdayaan terkait dengan pembentukan BUMDesa, dengan harapan bisa menjadi pilar ekonomi desa.
“Bersama-sama kita menggali potensi desa, mulai dari sumber daya alam, sumber daya manusia, kita petakan bersama-sama, sampai akhirnya disepakati untuk membentuk BUMDes yang diawali oleh pembentukan tim,” beber Fakhidhowi.
Proses pendampingan tidak hanya saat pelaksanaan Gerakan Revitalisasi Desa (GRD) berlangsung pada 2016—2018. Bina Swadaya dan para pendamping masih intens berkomunikasi dan berbagi informasi hingga kini.
“Kami tetap melakukan komunikasi secara intens apabila ada kendala. Bina Swadaya tetap menghubungi saya untuk memberikan bantuan terkait dengan administrasi ataupun pengembangan-pengembangan yang dilakukan di dalam kegiatan BUMDes,” tutur Fakhidhowi.
Sebagai informasi, pada pelaksanaan GRD di Kabupaten Batang, telah berdiri enam unit BUMDes yang mengelola usaha jasa pariwisata, keuangan mikro, pertanian, perdagangan, persewaan, dan pengelolaan air bersih.
“Saat ini baru dua unit usaha yang sudah berjalan, yaitu unit usaha jasa pariwisata dan pengelolaan sampah. Dengan melihat geliat usaha BUMDes yang telah dikembangkan, kami berharap Gerakan Revitalisasi Desa yang digagas Bina Swadaya dilanjutkan untuk lebih memaksimalkan potensi-potensi yang ada di Kabupaten Batang yang belum tergali maksimal,” tutupnya.