- Juli 30, 2021
- Posted by: AstriSO93
- Category: Artikel
Branding (penjenamaan) merupakan salah satu strategi dalam pemasaran yang banyak dilakukan oleh para pengusaha untuk memasarkan jasa atau produk ke pasar. Produk yang memiliki brand (jenama) kuat menjadi daya tarik sendiri bagi konsumen.
Salah satu unsur kunci dalam strategi penjenamaan adalah kemasan produk. Kemasan bukan hanya melindungi produk, melainkan juga berpengaruh dalam membangun citra bisnis yang baik dalam pemasaran produk. Ketika konsumen tidak dapat mencoba suatu produk sebelum membeli, kemasan menjadi faktor utama pengambilan keputusan bagi konsumen untuk menilai suatu produk.
Diskusi Bincang-Bincang Wisma Hijau yang mengangkat tema “Membangun Brand dan Citra Kemasan Produk Organik” merupakan rangkaian menuju Organic Asia Congress yang akan dilaksanakan pada November mendatang.
“Hari ini kita akan berdiskusi seputar tema ‘Membangun Brand dan Citra Kemasan Produk Organik’. Diharapkan diskusi ini bersama akan lebih banyak mengupas tuntas tantangan pelaku usaha produk organik untuk membangun brand dan citra kemasan,” kata Direktur AOI, Pius Mulyono dalam Bincang-Bincang Wisma Hijau, yang dilaksanakan secara daring, Kamis (29/7).
Diskusi Bincang-Bincang Wisma Hijau dengan tema “Membangun Brand dan Citra Kemasan Produk Organik”, menghadirkan narasumber Arto Biantoro, Founder Brand Adventure dan dipandu oleh moderator Ratna Puspitaningtyas, Marketing Warung Hijau Salatiga.
Arto Biantoro merupakan seorang praktisi, pembicara, content creator, penulis buku, mentor, dan aktivis brand lokal yang aktif melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia.
Sejak 1992, ia meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan pendidikannya di Amerika Serikat (AS). Sempat bekerja selama dua tahun di Amerika, membawanya hidup mapan di Negeri Paman Sam. Namun, karena kecintaannya terhadap Indonesia, membuat ia kembali ke Tanah Air untuk berkarier pada bidang periklanan.
Sekembalinya dari Amerika, kariernya makin cemerlang. Ia menjabat sebagai Managing Director di sebuah perusahaan periklanan. Pekerjaannya tersebut mengantarkannya terhadap dunia kreatif yang lebih luas, yakni brand. Berbekal pengalaman tersebut, pada 2006 ia memutuskan untuk berhenti bekerja dan mendirikan perusahaan konsultan brand yang ia beri nama GambaranBrand.
GambaranBrand merupakan sebuah komunitas pengembangan brand lokal yang kemudian menginisiasi gerakan untuk mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah di Indonesia. Sejak saat itu, ia mulai fokus untuk mengembangkan brand-brand lokal. Ia yakin dengan mengembangkan brand-brand lokal akan memberikan manfaat bagi banyak orang. Baginya, hidup akan lebih bermakna jika bisa memberikan manfaat dan dampak bagi sesama.
“Saya bangga sekali hadir pada diskusi Bincang-Bincang Wisma Hijau. Saya melihat ini adalah forum diskusi yang sangat penting untuk masa depan,” tutur brand aktivis ini.
Menurut Arto, di masa pandemi seperti saat ini, kita perlu mengembangkan ide dan kreativitas untuk jeli melihat peluang. Baginya, pandemi membuka peluang untuk industri organik bisa tampil.
Diakuinya, berdasarkan data Organic Trade Association pada 2020, industri organik terus mengalami pertumbuhan. Sehingga menurutnya peluang ini bisa menjadi indikasi bahwa di luar sana produk organik terus bertumbuh. Dirinya menjelaskan kita hanya perlu masuk ke gelombang yang sama. Kuncinya kita harus memulainya melalui asosiasi. Karena asosiasilah yang akan menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi.
Dirinya teringat dengan kampanye di era 1990-an, di mana kita bisa berkaca dari gerakan kampanye susu yang dilakukan Amerika. Saat itu Goodby Silverstein & Partners membuat kampanye minum susu sapi di Amerika Serikat dengan judul kampanye “Got Milk”. Terbukti, kampanye ini telah berhasil meningkatkan tingkat konsumsi susu sapi di Amerika.
Dalam kampanye ini, diakui Arto, mereka ingin mengajak orang-orang untuk minum susu. Kampanye ini juga melibatkan selebriti dan tokoh-tokoh dunia untuk menggerakkan lebih banyak masyarakat untuk minum susu. Dari kampanye itu kita bisa belajar bahwa jangan berhenti memahami brand dalam konteks kemasan saja, tetapi juga mulai bergerak bersama-sama sebagai satu gerbong besar yang bisa meningkatkan perekonomian.
“Brand merupakan disiplin ilmu yang bisa digunakan di berbagai industri. Maka, ketika kita memahami ilmu itu, dan kita pergunakan untuk kepentingan yang tidak baik, maka hasilnya juga tidak baik. Kenapa tidak baik? Ketika kita sudah mempunyai brand, salah satu indikasi brand yang baik itu adalah brand yang banyak memiliki follower. Di level itulah brand bisa melakukan apa pun yang mereka mau. Sebuah brand bisa mengubah persepsi orang,” ungkapnya.