Suara Indonesia di Forum Financing for Development PBB

United Nations atau PBB menggelar forum penting Fourth International Conference on Financing for Development (FFD4), yang belum lama ini diselenggarakan di Seville, Spanyol.

Untuk pertama kalinya, suara sektor swasta secara resmi terintegrasi dalam forum kebijakan tingkat tinggi PBB melalui Business Steering Committee. FFD4 merupakan forum yang mempertemukan pemimpin dunia, lembaga keuangan internasional, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk mencari solusi pembiayaan demi mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Tujuannya adalah mendorong reformasi sistem keuangan global yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.

Indonesia tidak saja menjadi penonton, melainkan turut andil dalam membentuk arah kebijakan. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W. Kamdani, dipercaya menjadi Co-Chair Business Steering Committee FFD4, mewakili suara sektor swasta dari negara-negara berkembang (emerging economies).

Iabertugas menjembatani visi keberlanjutan global dengan realitas implementasi di lapangan. Ia memastikan bahwa kebijakan yang dirumuskan ditingkat PBB dapat diterapkan dan berdampak bagi masyarakat di negara berkembang.

Pada FFD4, Business Steering Committee telah berhasil merumuskan sebuah Communique, yaitu seruan aksi yang menegaskan posisi sektor swasta sebagai mitra ekosistem keuangan berkelanjutan, mellaui lima fokus utama.

Peningkatan investasi swasta untuk pembangunan berkelanjutan. Kedua, terbukanya peluang investasi berkelanjutan melalui kemitraan.

Ketiga, mendorong regulasi keuangan berkelanjutan yang efektif. Keempat, melakukan asesmen regulasi keuangan dalam percepatan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Kelima, perluasan akses pembiayaan untuk pasar dan pelaku usaha yang inklusif.

Bagi negara berkembang, implementasi Communique berpotensi membuka peluang pembiayaan yang lebih inklusif, lewat skema jaminan kredit yang diharapkan membantu usaha mikro yang sering mengalami kesulitan akses modal.

Menurut Shinta, “Emerging economies tidak saja butuh lebih banyak pembiayaan, melainkan juga struktur pendukung dan kepercayaan agar dana bisa benar-benar sampai ke sektor yang paling membutuhkan.”



Tinggalkan Balasan