Toko Trubus Jalankan Program Rehabilitasi DAS Musi di Suaka Margasatwa Bentayan Seluas 195 Hektare

Toko Trubus dipercaya menjalankan program rehabilitasi hutan dan daerah aliran sungai (DAS) di kawasan Suaka Margasatwa Bentayan, Sumatera Selatan. Program ini merupakan bagian dari upaya pemulihan ekosistem dan penguatan ketahanan lingkungan di lahan-lahan kritis sepanjang DAS Musi. Proyek ini juga mendapat dukungan penuh dari SKK Migas—ConocoPhillips (Grissik) Ltd.

Direktur Operasional Trubus Mitra Swadaya, Udi Yuswanto menjelaskan, rehabilitasi DAS ini tidak hanya bertujuan memulihkan ekosistem hutan, tetapi juga memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat lokal. Selain rehabilitasi ekologi, program ini juga mengintegrasikan pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis kehutanan dan agroforestri.

“Kegiatan ini melibatkan lima kelompok tani lokal dengan total sekitar 160 petani, baik warga asli maupun pendatang yang tinggal di sekitar kawasan Bentayan. Sejak 2019, kami telah mendampingi mereka melalui berbagai kegiatan, mulai dari pembibitan, penanaman, hingga perawatan tanaman. Kami juga memberikan kepada edukasi masyarakat tentang pemanfaatan lahan untuk menanam tanaman hortikultura dan tanaman obat keluarga (toga) yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari,” ujar Udi melalui pesan singkat, Jumat (7/10/22).

Udi menambahkan, rehabilitasi DAS Musi ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi banyak orang, mulai dari pemulihan ekosistem, pengurangan risiko bencana seperti banjir dan kebakaran hutan, hingga membuka peluang ekonomi baru melalui potensi carbon trade dan pengembangan plasma nutfah kehutanan di kawasan Suaka Margasatwa Bentayan.

Senada dengan Udi, Project Manager Toko Trubus untuk rehabilitasi DAS Musi, Sigit P. Herwanto, menyampaikan bahwa program rehabilitasi ini mencakup lahan kritis seluas 195 hektare. Proses rehabilitasi dilakukan dengan melakukan penanaman kembali sebanyak 1.100 pohon per hektare.

“Toko Trubus dipercaya untuk mengembalikan fungsi lahan sebagai daerah tangkapan air di sistem DAS Musi. Kami juga membantu memperkaya jenis tanaman yang ada di Suaka Margasatwa Bentayan, menjadikannya sebagai bank plasma nutfah tanaman endemik Sumatera Selatan,” ujar Sigit saat ditemui di Depok, Jawa Barat, (4/10/22).

Sigit menjelaskan, jenis tanaman yang ditanam di lokasi ini mencakup beragam spesies lokal seperti pulai, tembesi, jelutung, meranti, durian, merawan, dan lainnya. Total terdapat 13 jenis tanaman yang dipilih berdasarkan potensi adaptasi dan fungsinya dalam mendukung ekosistem DAS.

“Sejak tahap awal, kami bertanggung jawab penuh atas seluruh proses rehabilitasi, mulai dari mekanisasi lahan, penggunaan herbisida terkontrol, pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam, pengajiran, pemupukan, hingga penerapan pengendalian hama terpadu (PHT). Kami juga melakukan pemeliharaan tanaman selama 3 tahun setelah penanaman, sebagai bagian dari komitmen jangka panjang kami,” ungkap Sigit.

Lebih lanjut, Sigit menyebutkan bahwa saat ini program rehabilitasi tersebut telah memasuki tahap evaluasi akhir oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hasil dari program ini diharapkan dapat menjadi model kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam upaya pemulihan ekosistem berbasis pemberdayaan.

Sebagai informasi, program rehabilitasi DAS Musi di Suaka Margasatwa Bentayan ini merupakan sinergi multipihak yang terlaksana atas inisiasi Balai Pengendalian Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Musi, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan (Dishut Sumsel), Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan (BKSDA Sumsel), Polri, Komando Rayon Militer (Koramil), serta melibatkan Pemerintah Desa Bentayan, Tungkal Jaya, dan Banyuasin. Dukungan dari ConocoPhillips sebagai mitra, serta keterlibatan Toko Trubus sebagai pelaksana teknis, menjadi bukti bahwa rehabilitasi ekosistem bisa berjalan efektif melalui kolaborasi.



Tinggalkan Balasan