Trubus Bina Swadaya Bagi Pengalaman 55 Tahun Pemberdayaan Petani

Pendiri dan Ketua Pembina Yayasan Bina Swadaya, Bambang Ismawan, mengatakan, Bina Swadaya didirikan oleh Ikatan Petani Pancasila (IPP) yang mulanya bernama Yayasan Sosial Tani Membangun atau cikal bakal nama Bina Swadaya. IPP merupakan bagian dari Gerakan Sosial Ekonomi Pancasila (GSEP) yang telah berdiri sejak 1954. Dari sinilah dicetuskan kelembagaan-kelembagaan masyarakat, salah satunya Ikatan Buruh Pancasila (1954), Ikatan Petani Pancasila (1958), Ikatan Usahawan Pancasila (1961), Ikatan Paramedis (1963), dan Ikatan Nelayan Pancasila (1964). Kelembagaan-kelembagaan masyarakat tersebut mengusung konsep kewirausahaan sosial.

“Kala itu, IPP memiliki program yang sangat dibutuhkan oleh para petani melalui program intensifikasi pertanian, ekstensifikasi pertanian, pendidikan dan pelatihan, pengolahan dan pemasaran, hingga advokasi. Program-program tersebut dilakukan melalui pendekatan organisasi massa, pengelolaan proyek, serta partisipasi masyarakat. Program-program tersebut masih kami lakukan hingga saat ini,” tutur Bambang Ismawan ketika membagikan pengalaman 55 tahun Bina Swadaya memberdayakan petani pada acara Pro Paktani yang digelar secara hybrid dari Agroedutainment Toko Trubus, Cimanggis, Depok, Kamis (2/6).

Merujuk perjalanan sejarah Bina Swadaya, kewirausahaan sosial dimaknai sebagai pembangunan sosial dengan solusi kewirausahaan. Bina Swadaya telah bertransformasi menjadi lembaga kewirausahaan sosial yang bertujuan membangun dan mengembangkan kualitas hidup masyarakat, melalui kegiatan pendampingan peningkatan kapasitas masyarakat dan organisasi, pengembangan agribisnis, media informasi, keuangan mikro, serta pendidikan dan pelatihan.

Pengalaman panjang Bina Swadaya dalam memberdayakan masyarakat, terutama petani di perdesaan dilakukan secara konsisten melalui berbagai pendekatan. Pendekatan pertama meliputi membangkitkan dan meningkatkan keberdayaan petani dalam aspek sosial ekonomi melalui fasilitasi peningkatan kapasitas, pengembangan kelembagaan masyarakat, serta mendapatkan akses terhadap sumber daya.

Kedua, Bina Swadaya terus berupaya memengaruhi kebijakan pembangunan agar lebih berpihak kepada rakyat kecil dan yang terpinggirkan. Ketiga, mengembangkan inovasi yang manfaatnya dirasakan terutama oleh masyarakat miskin dan terpinggirkan. Keempat, mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kapasitas pelayanan kepada masyarakat.

Diakui Bambang, upaya untuk meningkatkan kesejahteraan kelompok masyarakat terutama petani, tak bisa hanya dilakukan sepihak, perlu sinergi baik dari pemerintah, lembaga, perguruan tinggi, maupun sektor swasta. Sinergi yang dilakukan tentu bertujuan mengatasi permasalahan pertanian dalam mewujudkan kesejahteraan petani. Sejak lama kesejahteraan petani menjadi sorotan berbagai pihak. Oleh karena itu, pendampingan dan pemberdayaan petani merupakan solusi untuk menjadikan petani lebih berdaya dan mandiri.

Lebih lanjut menurutnya, keberhasilan kinerja sektor pertanian ditentukan oleh kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia (SDM) petanian. Salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan pengembangan SDM adalah kelembagaan.

“Kelembagaan berperan dalam mendukung keberhasilan pembangunan pertanian, salah satunya melalui kelompok swadaya masyarakat (kelompok tani). SDM yang tangguh inilah yang akan menentukan keberlanjutan sektor pertanian. Jika mereka terus didampingi, kami memiliki keyakinan mereka mampu mengatasi masalahnya sendiri,” terang Bambang mengakhiri paparannya.

Hal senada juga diungkapkan Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin. Menurutnya, salah satu komponen terpenting dalam proses pemberdayaan adalah tenaga penyuluhan pertanian.

Diakui Bustanul, ada empat tahapan dalam proses pengembangan sumber daya manusia yang adaptif, yakni tidak berdaya (daya adaptasi fatalis), kurang berdaya (daya adaptasi reaktif), berdaya (daya adaptasi proaktif), dan mandiri (daya adaptasi antisipatif). Setelah melewati tahapan, barulah SDM tersebut bisa dikatakan sebagai SDM yang adaptif. Melakukan pemberdayaan petani berarti telah menciptakan SDM yang memiliki daya saing, daya sanding, daya saring, dan adaptif.

“Bina Swadaya bisa dikatakan sebagai agro entrepreneur ecosystem. Agro entrepreneur ecosystem memiliki sejumlah peranan di antaranya memberikan fasilitas agroinput, memfasilitasi pembiayaan pertanian, memfasilitasi pemasaran, memberikan perlindungan hak-hak petani, memberikan pendampingan teknologi dan inovasi, serta membangun inkubator agribisnis. Inilah yang dilakukan Bina Swadaya. Agro entrepreneur ecosystem atau konsep yang telah dilakukan Kementan adalah menyempurnakan dari inovasi yang telah dilakukan Bina Swadaya,” tutur Bustanul.

Tantangan Pemberdayaan Petani Pascapandemi Covid-19

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Petani Indonesia (PERHEPI) ini, ada sejumlah tantangan besar pemberdayaan petani pascapandemi Covid-19 seperti perlunya mengimplementasi kebijakan pembangunan pertanian di tingkat lapangan, pemberdayaan petani di lapangan perlu melakukan perluasan dan akses pasar komoditas dalam berbagai platform, membangun jaringan kelembagaan petani untuk mengembangkan korporasi petani, kapasitas dan pemberdayaan petani, serta bermitra dengan PPL swasta.

“Arus pertukaran informasi pertanian berbasis digital bergerak sangat cepat. Integrasi pengembangan kawasan dengan digitalisasi rantai nilai pangan dan melakukan sistem pertanian berkelanjutan, bioteknologi, dan pertanian konservasi,” tutup Bustanul.

Toko Trubus Berkembang Bersama Petani

Direktur PT Trubus Mitra Swadaya (Toko Trubus), Yustina Erna Widyastuti, menyampaikan, sesuai namanya, Trubus Mitra (Toko Trubus) hadir untuk meningkatkan keberdayaan melalui menjaring mitra dengan para petani. Diakuinya, petani berperan penting dalam menyediakan kebutuhan untuk para konsumen Toko Trubus. Ada tiga tipe pendampingan dan pemberdayaan petani/UMKM pemasok yang dilakukan oleh Toko Trubus, yakni modal kerja (modal usaha dan sarana kerja), produksi (kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan legalitas), manajemen (pembukuan dan SDM).

“Kami bermitra dengan 151 pemasok, 430 petani/kelompok tani. Kami bekerja sama dengan para mitra petani untuk menghasilkan produk-produk pertanian sesuai standar yang telah ditetapkan di Toko Trubus. Adanya pendampingan dari kami secara langsung kepada para mitra petani/UMKM pemasok, kami memberikan jaminan mutu produk kepada konsumen. Produk dan sarana pertanian yang diproduksi petani/UMKM pemasok, telah lolos quality control,” terang Yustina.

Selain itu, lanjut Yustina, Toko Trubus juga melakukan pendampingan kepada para konsumen pekebun. Konsumen yang memiliki lahan luas didampingi secara khusus oleh Toko Trubus, mulai dari survei lokasi, konsultasi, penanaman, suplai sarana produksi pertanian, hingga perawatan. Konsumen pekebun yang didampingi tak hanya konsumen pekebun pribadi, tetapi juga dari kalangan komunitas hingga instansi pemerintah. Salah satunya adalah kebun milik Kementerian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).

Hal senada juga diungkapkan Direktur Pengelolaan Pengetahuan Trubus (PPT), Utami Kartika Puteri. PPT berfokus pada pelatihan dan pendampingan pertanian yang telah dirintis sejak 1995 hingga saat ini. Selanjutnya, pada 2002, program ini semakin intens dilakukan, tercatat lebih dari 400 kali pelatihan dan pendampingan yang dilakukan dan diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan, mulai dari petani pemula, kelompok tani, karyawan/ASN, instansi pemerintah, hingga mahasiswa.

PPT juga berbagi informasi dan edukasi seputar dunia pertanian, memberikan pelatihan pengenalan potensi daerah, pemberian penghargaan kepada sosok-sosok petani inspiratif, serta memberikan dukungan kepada petani dan UMKM untuk terus berdaya. Pelatihan dan pendampingan yang dilakukan menggabungkan teori dan praktik yang dipandu oleh praktisi berpengalaman.

“Pendampingan pertanian dilakukan untuk memberdayakan petani, masyarakat, dan penerima manfaat lainnya. Untuk melakukannya, Trubus berkolaborasi dengan PKK, Dinas, Pemda, Kementerian, BUMN, serta perusahaan swasta,” tutur Utami.

Diakuinya, Trubus juga mendukung upaya pemerintah dalam membangun ketahanan pangan mandiri, mendukung pertanian terpadu yang ramah lingkungan, dengan melakukan beragam pelatihan bertema pertanian berkelanjutan, serta melakukan konferensi internasional pertanian organik bersama IFOAM dan AOI dalam penyelenggaraan Organic Asia Congress yang diselenggarakan pada November 2021 lalu.

Selain itu, PPT juga telah mengembangkan sebuah platform pelatihan berbasis online dengan nama Kelas Trubus (kelastrubus.com). Kelas Trubus berperan aktif memajukan pertanian Indonesia melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia sekaligus mencetak agripreneur muda.

“Melalui Kelas Trubus kami mengupas tuntas beragam materi mulai dari prospek komoditas, pengenalan komoditas, analisis usaha, teknologi budidaya terbaru, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan keuangan, desain dan pengemasan, hingga promosi dan pemasaran,” tutup Utami.



Tinggalkan Balasan