Potensi Usaha Microgreen dan Gaya Hidup Sehat

Microgreen telah menjadi tren kuliner yang populer di tengah kesadaran masyarakat akan pentingnya mengonsumsi makanan bergizi dan gaya hidup sehat di tengah situasi pandemi Covid-19. Selain untuk memenuhi gaya hidup sehat, microgreen juga dapat menjadi peluang usaha. Hal ini karena waktu panen yang singkat dan bisa dilakukan di rumah dengan modal usaha relatif kecil.

Microgreen adalah sayuran mini yang dipanen saat usia muda antara 7–14 hari setelah disemai. Usia panen microgreen dibagi menjadi tiga fase, yakni usia kecambah (3–7 hari), usia microgreen (14–21 hari), dan usia tanaman dewasa (40–60 hari).

Microgreen memiliki tampilan kaya warna dan bentuknya mungil. Tanaman ini bertekstur renyah dengan cita rasa khas dan eksotis. Cita rasa microgreen beraneka ragam, antara lain pedas, pahit, netral, asam, ataupun khas rempah bergantung pada jenis tanamannya.

Meski ukurannya yang mungil, microgreen mengandung nutrisi yang lebih tinggi daripada sayuran biasa. Microgreen memiliki kandungan antioksidan, vitamin, dan mineral yang 40% lebih tinggi dibanding sayuran biasa.

Dosen Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB), Yudha Heryawan Asnawi, menyebutkan, microgreen adalah jenis tanaman yang mulai banyak berkembang sejak era 1980-an. Meski begitu, kata ‘microgreen’ baru dikenal dan banyak digunakan di masa 1990-an. Pada 2010, barulah microgreen mulai tenar secara global.

Awal mula penyebaran microgreen ditemui di banyak restoran di Amerika dan Eropa. Restoran-restoran tersebut menggunakan microgreen dalam menu makanannya, baik sebagai garnish, side dish berupa salad, maupun jus.

“Pada tahun 1990-an di Amerika dan Eropa, kemunculan microgreen sebagai salah satu kampanye hidup sehat dan untuk mendongkrak ekonomi. Sejak awal kehadirannya, microgreen didesain untuk dua hal tersebut. Sejak tahun 2010, perkembangan microgreen di Amerika dan Eropa menjadi industri yang sangat besar,” tutur Yudha dalam Bincang-Bincang Wisma Hijau yang dilaksanakan secara virtual, Jumat (25/2).

Diakui Yudha, di Indonesia, saat ini, microgreen bisa menjadi peluang bisnis yang besar serta memiliki keuntungan yang potensial karena masih sedikit produsen yang memenuhi kebutuhan microgreen untuk restoran, hotel, dan toko retail. Bisnis ini juga dapat dilakukan dengan cara eceran karena sangat menarik untuk masyarakat di kota besar yang membutuhkan makanan sehat dan kaya nutrisi.

“Meski peluang usahanya menjanjikan, tantangan yang dihadapi oleh bisnis microgreen juga besar, yaitu persaingan. Banyaknya pesaing yang menjadi produsen sayuran microgreen menjadi salah satu hambatan, terutama persaingan harga, karena hal tersebut menjadi salah satu faktor konsumen dalam membeli suatu produk,” ungkapnya.

Melihat microgreen dengan business model canvas

Yudha mengungkapkan, ada 9 tahapan yang bisa dilakukan dalam menjalankan business model canvas untuk usaha microgreen.

Key partner

Third parties atau pihak-pihak yang memiliki peran sebagai partner untuk mewujudkan kegiatan bisnis dan menyampaikan value untuk pelanggan. Contoh umum key partners adalah supplier (penyuplai).

Key activities

Pada tahapan ini, Yudha mengatakan, perusahaan menjalankan bisnis setiap hari, mulai dari memproduksi, memasarkan hingga memberikan solusi kepada konsumen. Dirinya mencontohkan, key activities dari perusahaan F&B (food and beverage) adalah menerima dan menyajikan pesanan untuk pelanggan.

“Menanam benih microgreen, merawat dan memanen saat usia 21 hari, melakukan packaging, shipping, dan melakukan pemasaran melalui website dan sosial media adalah bentuk tahapan key activities,” ucap Yudha.

Value proportion

Value proportion adalah gambaran informasi mengenai masalah yang akan dipecahkan dan bagaimana perusahaan menawarkan solusi untuk masalah tersebut. Sajikan beberapa value yang dapat bisnis tersebut berikan untuk pelanggan.

Pada tahapan ini, tawarkan kepada pelanggan bahwa microgreen sangat berbeda dengan sayuran umumnya karena microgreen dipercaya mengandung sumber vitamin, mineral, betakaroten lebih tinggi daripada sayuran itu sendiri pada waktu dewasa. Sayuran microgreen yang baru tumbuh ini juga kaya akan minyak nabati dan protein. Sayuran microgreen ditanam tidak menggunakan pestisida dan pengawet sehingga berbeda dengan sayuran biasa.

Customer relationship

Customer relationship menjadi tahapan yang penting. Di sinilah produk diperkenalkan melalui website dan media sosial. Melalui media sosial, produsen dapat berinteraksi dengan pelanggan dan memperkenalkan produk.

“Melalui produk ini kita bisa menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan agar tetap loyal dengan produk yang kita tawarkan, misalnya dengan memberikan diskon, promo spesial hingga giveaway,” ujar Yudha.

Customer segment

Memberikan informasi terkait dengan segmen pasar mana yang akan dan mampu dilayani oleh suatu bisnis. Segmentasi bisa dibagi dari kondisi geografi, demografi, psikologis, dan behavioural (perilaku). Bisnis microgreen memiliki target masyarakat perkotaan yang memiliki segudang aktivitas serta membutuhkan nutrisi dan vitamin untuk menerapkan pola hidup sehat. Masyarakat yang tinggal di kota besar saat ini membutuhkan makanan yang sehat dan simpel. Banyak restoran dan hotel yang menjual salad sehingga keduanya merupakan sasaran bisnis microgreen.

Key resources

Menjelaskan mengenai sumber daya sampai pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis, seperti peralatan-peralatan untuk menunjang kegiatan bisnis yang tengah dijalankan. Pada tahapan ini, diperlukan sumber daya manusia (SDM) untuk menanam, merawat, dan memanen microgreen. Selain itu, dibutuhkan SDM untuk melakukan pemasaran yang menawarkan produk microgreen ke restoran, hotel, toko-toko retail, serta mengelola media sosial dan website. Selanjutnya, SDM untuk mengantar produk ke konsumen. Untuk merawat microgreen, diperlukan peralatan dan perlengkapan (equipment), seperti media tanam, serta alat untuk menyiram microgreen dan memberi pupuk.

Channels

Pada tahapan ini diperlukan penjelasan untuk menunjukkan bagaimana dan di mana bisnis mengomunikasikan value kepada pelanggan. Channel yang digunakan bisa offline seperti membangun toko fisik dan online dengan bantuan sosial media, seperti Facebook hingga Instagram.

Cost structure

Cost structure adalah memberikan informasi terkait pengeluaran yang akan muncul saat menjalankan bisnis. Biaya terbagi menjadi dua, yaitu fixed cost, seperti biaya gaji, dan variable cost, misalnya biaya bahan baku. Harga Pokok Penjualan (COGS/Cost of Goods Sold) yang bersaing adalah yang dilakukan secara efisien serta terjadinya peningkatan produktivitas.

Revenue streams

Yang terakhir adalah revenue streams. Pada tahapan ini penting untuk menyajikan berbagai daftar sumber pendapatan yang akan didapatkan dari menjalankan kegiatan bisnis. Revenue streams dari profit selling online melalui website dan sosial media, bisnis ini juga memiliki revenue streams dari profit selling offline melalui kerja sama dengan restoran, hotel, dan toko.



Tinggalkan Balasan