Merintis Masa Depan Susu Sapi Organik

Bina Swadaya bekerja sama dengan SEGES, ARLA, Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan, dan Indolakto merintis pengembangan susu sapi organik di Indonesia. Program Pilot Market Driven Organic Dairy (MDOD) diluncurkan di Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur, yang dikenal sebagai sentra produksi susu terbesar di Indonesia dengan populasi sapi sekitar 26.000 ekor. Melalui program ini, industri susu dipandang sebagai pendorong kesejahteraan peternak, sekaligus menjawab kebutuhan akan produk susu yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Manager KPSP Setia Kawan, Farhan menjelaskan bahwa Bina Swadaya bertindak sebagai konsultan lapangan, memberikan pendampingan dan pelatihan kepada para peternak untuk mengembangkan peternakan organik. Saat ini, sekitar 200 peternak telah mengikuti pendampingan untuk konversi ke organik. Farhan yakin, potensi pengembangan susu organik di Indonesia sangat besar.

Sekretaris Eksekutif Bina Swadaya, Emilia Tri Setyowati, menambahkan setelah sekian lama Bina Swadaya eksis pada pemberdayaan masyarakat, Bina Swadaya melihat peternakan organik sebagai salah satu cabang pertanian yang penting dan relevan untuk dikembangkan di Indonesia.

“Angka konsumsi susu di Indonesia masih tergolong rendah, dan mengubah peternakan konvensional menjadi organik bukanlah hal mudah. Ini menjadi tantangan besar bagi Bina Swadaya, namun juga peluang untuk memberdayakan peternak sapi, serta mempromosikan produk susu organik yang berkelanjutan. Produk susu sapi organik menyediakan sumber protein hewani berkualitas tinggi yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kami berharap kesadaran masyarakat terhadap manfaat produk organik akan semakin meningkat,” kata Emilia saat ditemui di Nongkojajar, belum lama ini.

Koordinator Program Pengembangan Susu Sapi Perah Organik, Nana Komariah menjelaskan, konversi ke peternakan organik membawa banyak keuntungan bagi peternak. Selain lebih menguntungkan secara bisnis, metode ini juga menekan biaya produksi dengan memungkinkan peternak membuat obat-obatan dan eco enzyme sendiri. Lebih dari itu, sapi-sapi yang dirawat secara organik lebih sehat karena lebih sering terpapar sinar matahari, sehingga biaya kesehatan hewan menjadi lebih rendah.

“Sapi yang dirawat secara organik akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan lebih bahagia, yang secara alami meningkatkan produktivitas susu mereka,” jelas Nana.

Prinsip kesejahteraan hewan atau animal welfare, juga menjadi penting dalam peternakan organik. Nana menekankan pentingnya memperlakukan sapi secara alami agar kualitas susu yang dihasilkan lebih tinggi.

Namun, menurut Nana, tantangan terbesar adalah mengubah mindset peternak yang masih berorientasi pada hasil cepat. Banyak peternak ragu untuk beralih ke organik karena takut tidak menguntungkan, tetapi Nana yakin jika ada contoh peternak yang sukses dengan metode ini, minat untuk beralih akan semakin besar.

Muhammad Hilal, seorang peternak milenial dan anggota KPSP Setia Kawan, telah merasakan langsung manfaat konversi ke organik. Setelah mendapatkan pendampingan dari Bina Swadaya, ia semakin yakin untuk menjalankan peternakan organik.

“Pendampingan dari Bina Swadaya telah membuka mata saya. Saya banyak belajar tentang kesehatan hewan, kesejahteraan hewan, manajemen peternakan, hingga cara membuat eco enzyme dan pupuk organik. hasilnya sangat memuaskan, biaya produksi menjadi lebih hemat, dan sapi-sapi saya lebih sehat,” ujar Hilal.

Pengembangan peternakan organik ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan peternak, tetapi juga mendorong konsumsi produk susu organik di Indonesia, yang akan memberikan manfaat besar bagi kesehatan masyarakat secara keseluruhan.



Tinggalkan Balasan