Pemberdayaan Masyarakat di Sektor UKM Jadi Fokus Kusala Swadaya 2013

Pada perhelatan Kusala Swadaya yang ketiga, yaitu 2013, Bina Swadaya bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan dalam penyelenggaraannya. Tema pokok yang diusung adalah “Kreativitas Nilai Sosial dalam Bisnis dan Perdagangan”.

Penghargaan tersebut diberikan kepada para pegiat dan pemerhati, baik individu maupun kelompok yang berdedikasi dalam upaya meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui kewirausahaan sosial (social entrepreneurship).

Tema yang diusung pada penganugerahan dilandasi banyaknya kasus ketidakadilan di berbagai wilayah di Indonesia yang merugikan para pegiat dan pelaku usaha, terutama usaha kecil dan menengah (UKM).

Direktur PT Bina Sarana Swadaya, yang kini menjabat Sekretaris Eksekutif Yayasan Bina Swadaya Emilia Tri Setyowati mengungkapkan kendala pemasaran masih menjadi faktor utama dalam upaya peningkatan penjualan pada pengembangan usaha.

“Banyak yang memainkan harga sehingga sangat merugikan dan membahayakan pengembangan usaha mereka (UKM),” tegas Emilia.

Kusala Swadaya 2013 yang mengusung tema “Kreativitas Nilai Sosial dalam Bisnis dan Perdagangan” memberikan apresiasi kepada para pegiat dan pelaku usaha yang berdedikasi tinggi dalam upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat. Ajang penghargaan ini diharapkan semakin mendorong gerakan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan kewirausahaan sosial, terutama melalui kreativitas produk dan perdagangan berkeadilan. Selain itu, juga dapat memotivasi individu dan kelompok untuk meningkatkan kualitas kegiatan pemberdayaan masyarakat di lingkungan masing-masing.

“Kami juga berharap agar melalui penghargaan ini dapat menginspirasi masyarakat secara luas untuk lebih peduli terhadap produk lokal dan perdagangan berkeadilan dalam upaya mengatasi kemiskinan dan keterbelakangan,” tambah Emilia.

Ada empat kategori penganugerahan Kusala Swadaya 2013. Pertama, kategori individu: perorangan pelaku usaha ataupun sebagai motivator yang memiliki inovasi dan kepedulian yang berdampak nyata terhadap peningkatan keberdayaan masyarakat.

Kedua, kategori kelompok: Kelompok Swadaya Masyarakat yang telah berhasil mengembangkan potensi bersama untuk meningkatkan keswadayaan kelompoknya dan meningkatkan keberdayaan masyarakat pada umumnya.

Ketiga, kategori media: media cetak lokal yang telah mendorong peningkatan keberdayaan masyarakat dengan seringnya memberitakan artikel atau tulisan di media yang dimilikinya. Keempat, kategori penulis atau jurnalis independen: penulis lepas di media massa ataupun blog, citizen journalist, yang diyakini mampu menjadi agen perubahan dan memiliki inovasi baru dalam bisnis dan perdagangan berkeadilan.

Setelah dijaring melalui berbagai sumber dan berbagai masukan, baik perorangan maupun lembaga, yang kemudian diverifikasi secara mendalam oleh tim independen, dihasilkan sejumlah finalis yang dinilai oleh dewan juri. Para kandidat tersebut dinilai dari beberapa hal, yakni mereka yang belum pernah menerima penghargaan, inovasi yang telah dilakukan, berpihak terhadap lingkungan, juga dampak positif usaha mereka terhadap lingkungan sekitar.

“Pencapaian tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Finalis tahun ini lebih variatif, juga hasil kerjanya lebih terlihat nyata. Hanya saja finalis perempuan masih kurang,” ungkap Emilia.

Para finalis dari berbagai kategori tersebut akan dinilai secara khusus oleh dewan juri, yakni Dr. Ir. Bayu Krinamurthi, MS (Wakil Menteri Perdagangan), Prof. Rhenald Kasali, Ph.D (Praktisi Kewirausahaan), Zulfiani Lubis (Tokoh Media), Arswendo Atmowiloto (Budayawan), dan Sri Palupi (pegiat LSM).