Asiri Indonesia Kian Mendunia

Minyak asiri merupakan salah satu hasil komoditas perkebunan bernilai ekspor tinggi dan menyumbang devisa negara. Jenis minyak asiri yang banyak diekspor adalah minyak asiri berbasis rempah (minyak nilam, serai, pala, kayu manis, jahe, kapulaga, adas, dan cendana) dengan porsi 58,7%, diikuti oleh air distilasi dari essential oil 22,4%, minyak asiri dari citrus 13,2%, dan minyak asiri dari mint 5,6%.

Berdasarkan data 2020, total produksi minyak asiri utama Indonesia mencapai 8.500 ton. Produksi tersebut sebagian besar dikontribusikan oleh lebih dari 200 ribu petani yang terkait dengan komoditas asiri dan lebih dari 3.000 industri penyulingan tradisional dan modern.

Minyak asiri Indonesia telah menjadi salah satu bahan dasar utama aromaterapi yang melengkapi kebutuhan relaksasi masyarakat dunia. Peminat minyak aromaterapi di Eropa pun terus berkembang dan diperkirakan nilai perdagangannya akan terus meningkat hingga USD2,7 miliar pada 2024 dengan tingkat kenaikan sebesar 9,5% setahun.

Dalam hal ini, Indonesia menempati peringkat keenam eksportir minyak asiri terbesar dunia setelah India, Amerika Serikat, Prancis, Tiongkok, dan Brazil. Selain itu, menurut data dari Swiss Federal Customs Administration, pada 2019 Indonesia juga menempati posisi ketiga ekspor minyak asiri ke Swiss dengan nilai USD13 juta.

Indonesia Eximbank Institute (IEB Institute) mencatat nilai ekspor minyak asiri Indonesia terus mengalami peningkatan pertumbuhan sekitar 15,5% year-on-year (yoy). Sepanjang 2020, meskipun dilanda pandemi Covid-19, nilai dan volume ekspor minyak asiri naik masing-masing 16,45% dan 14,69% yang mencapai US$215,81 juta dengan volume 7,54 juta ton.

Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kementerian Perdagangan, Marolop Nainggolan, menyampaikan, produk minyak asiri memiliki potensi besar untuk dikembangkan skala ekspor. Jika dilihat dari kinerja ekspor minyak asiri pada 2021, terjadi peningkatan 15,10% dibanding 2020. Kemendag mencatat nilai ekspor minyak asiri 2021 sebesar USD248,41 juta.

“Nilai ekspor minyak asiri tahun 2021 sebesar USD248,41 juta atau naik sebesar 15,10% dari tahun sebelumnya. Indonesia peringkat keenam sebagai eksportir minyak asiri dunia, dengan kategori produk yang diekspor seperti minyak konsentrat, minyak buah citrus, minyak mint, dan minyak peppermint. Dengan tujuan utama ekspor ke Amerika Serikat, India, Prancis, Spanyol, dan Belanda. Di mana Amerika Serikat menjadi tempat tujuan terbesar untuk produk asiri Indonesia senilai USD43,92 juta atau 17,68%,” tutur Marolop dalam Bincang-Bincang Wisma Hijau yang mengangkat tema ‘Asiri Indonesia: Dari Lokal Menuju Global’, yang dilaksanakan secara virtual, Jumat (18/4).

Diakui Marolop yang menarik dari produk minyak asiri Indonesia adalah produk ini digunakan oleh beberapa brand kosmestik dunia seperti LOréal, Lush, dan Nuxe. Pertumbuhan volume dan nilai ekspor minyak asiri menunjukkan minat masyarakat dunia terhadap produk minyak asiri secara global semakin tinggi.

Fakta tersebut menjadi angin segar bagi ekspor Indonesia, yang mana merupakan momentum baik bagi komoditas minyak asiri sebagai bahan dasar berbagai industri seperti farmasi dan aromaterapi. Meskipun demikian, para pelaku bisnis komoditas terkait minyak asiri perlu meningkatkan nilai tambahnya agar nilai ekspor juga turut terdongkrak.

Sementara itu, terjadi pertumbuhan impor minyak asiri dunia pada periode 2016–2020 sebesar 3,70% per tahunnya. Menurutnya hal tersebut merupakan pertanda baik di mana permintaan dunia akan produk asiri selalu terjadi peningkatan. Diakui Marolop, salah satu yang menjadi perhatian dalam menjaga tren konsumen dan pasar potensial minyak asiri adalah dengan menjaga tren consumer awareness terhadap isu lingkungan dan ethical products.

Selain itu, Marolop mengatakan ada beberapa tantangan yang dihadapi pengembangan minyak asiri, seperti meningkatkan permintaan kandungan Allergy Free dan Fragrance Free, yang mengancam minyak asiri yang memiliki kandungan alergen. Tantangan lain yang masih menjadi kendala adalah umumnya produk ekspor masih dalam bentuk produk setengah jadi, belum merek Indonesia sendiri.

“Sehingga mayoritas minyak asiri yang diekspor masih dalam bentuk produk bahan mentah atau setengah jadi,” kata Marolop.

Kemudian lanjut Marolop, tantangan lainnya adalah munculnya produk essential oil sintetis (fragrance oil) yang dicampur dengan alkohol dan bahan kimia lainnya dengan harga jauh lebih murah.

Oleh karena itu, sebagai upaya untuk menghadapi hal ini, Kementerian Perdagangan memiliki sejumlah strategi, mulai dari memastikan kandungan bahan yang mengandung alergen di bawah batas dari regulasi yang ditentukan negara tujuan ekspor, hingga memenuhi standarisasi organik dan sustainability dalam proses produksi.

“Kita perlu mencari jenis tanaman di Indonesia sebagai sumber wewangian yang khas dan unik yang hanya ada di Indonesia. Poin selanjutnya adalah kita juga perlu mulai mengembangkan merek/brand sendiri hingga membuat strategi pemasaran ke negara maju dengan menonjolkan cerita tentang kelestarian tanaman dan kesejahteraan petani,” tutup Marolop.



Tinggalkan Balasan