Social Enterprise, Pembangunan Sosial Berkelanjutan

Direktur Bina Swadaya Konsultan (BSK) Ana Budi Rahayu memaparkan pentingnya Kewirausahaan Sosial Mikro dan cara membangun Social Enterprise yang berkelanjutan. Hal ini disampaikan dalam seminar di cara Rural ICT Camp 2025 yang diselenggarakan Common Room di Wisma Hijau, Bina Trubus Swadaya, Jumat (29/9/25).

Dalam paparannya, Ana menjabarkan perbedaan mendasar dalam istilah kewirausahaan sosial.

  • Social Entrepreneurship (Kewirausahaan Sosial): Merujuk pada atribut dan sifat yang dimiliki oleh orang dan organisasi.
  • Social Entrepreneur (Wirausaha Sosial): Seseorang yang menggunakan pendekatan kewirausahaan untuk memecahkan suatu masalah sosial tertentu.
  • Social Enterprise (Perusahaan Sosial): Merujuk pada organisasi sosial yang beroperasi layaknya bisnis.

Di hadapan para peserta, Ana memberikan contoh dari salah satu unit usaha Bina Trubus Swadaya, yakni Toko Trubus, sebagai model social enterprise yang berhasil.

“Usaha Toko Trubus memang menjual tanaman. Tetapi kenapa dikatakan sebagai social enterprise? Karena Toko Trubus melatih dan mendampingi para petani mitra,” jelas Ana.

Pendampingan tersebut mencakup pembudidayaan bibit, media tanam, hingga kompos berstandar tinggi. Setelah itu, Toko Trubus menyerap hasil produksi para petani mitra untuk dijual di Toko Trubus.

Lebih dari itu, dikatakan Ana, Toko Trubus bahkan memberikan kredit pinjaman agar petani dapat mengembangkan usahanya.

“Inilah yang menjadikan Toko Trubus bukan saja menjalankan transaksi bisnis, tetapi juga mengatasi persoalan sosial para petani dampingan, terutama petani perempuan,” tegasnya.

Dua Aspek Penting Menurut Bill Drayton

Ana juga merujuk pada pemikiran Bill Drayton, Bapak Kewirausahaan Sosial. Menurut Drayton, ada dua aspek penting dalam kewirausahaan sosial:

Inovasi sosial: Memiliki potensi untuk mengubah sistem yang terdapat dalam masyarakat.

Individu: Memiliki visi yang kuat, kreatif, memiliki semangat berwirausaha, dan beretika.

dua aspek ini, lanjut Ana, bertujuan menyelesaikan masalah sosial, mengembangkan potensi, dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Tututannya adalah melihat dampak dari penerima manfaat. Social enterprise membangun sistem melalui pelatihan, pendampingan untuk menciptakan ekosistem dan dampak bagi masyarakat. Selain itu juga perlu dilakukan evaluasi dan monitoring untuk mengukur dampak,” tambahnya.

Tujuannya akhir dari social enterprise adalah mengatasi masalah sosial dan mengembangkan potensi masyarakat, yang diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, dan terciptanya pembangunan sosial.

Senada dengan Ana, Pendiri Yayasan Bina Swadaya, Bambang Ismawan, turut menjelaskan kaitan antara kewirausahaan sosial dan pembangunan sosial.

Menurut Bambang, pembangunan sosial pernah dirumuskan dalam Social Development Summit PBB, yang meliputi tiga hal, penanggulangan kemiskinan, lapangan kerja produktif (productive employment), dan social integration.

“Bina Swadaya menggunakan definisi PBB ini karena sesuai dengan perjalanan kami, ditambah dengan pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan melalui entrepreneurship,” tutup Bambang.



Tinggalkan Balasan