- September 12, 2018
- Posted by: andriansyah
- Categories: Artikel, Jaringan, Lingkup Kerja, Tanggap Bencana
Menurut ketua tim ERCB di lapangan, Agung Prasetio dari Bina Swadaya mengungkapkan, trauma healing sangatlah penting karena masih banyak korban bencana alam mengalami trauma dan ketakutan yang berlebih ketika mendengar suara-suara yang menyerupai gaung, getaran, atau semacamnya.
Selain ditujukan untuk anak-anak, tim ERCB juga melakukan pendampingan trauma healing kepada orang dewasa.
“Orang dewasa juga mengalami trauma karena gempa, stres karena rumah hancur, pekerjaan hilang atau belum bisa bekerja, tidur di tenda darurat dan masih banyak faktor lain. Oleh karena itu orang dewasa juga perlu mendapatkan trauma healing,” katanya.
Adapun beberapa metode pelayanan trauma healing yang dilakukan tim yaitu, menggambar, permainan, pendampingan personal hingga aktivitas meronce untuk orang dewasa dan anak-anak tingkat SLTP-SLTA.
“Salah satu cara yang kita lakukan adalah kita mengajak anak-anak bercerita tentang kesibukan atau keseharian mereka. Dengan begitu, kenangan bencana yang mereka alami bisa berkurang,” kata Agung.
Agung juga mengatakan, tujuan utama trauma healing yang diberikan kepada anak-anak adalah agar mereka mampu melupakan kejadian yang terjadi pada masa lampau. Selain itu, juga membuat mereka siap apabila kembali terjadi bencana.
Selama 3 hari hingga Rabu (12/9) Tim ERCB akan melakukan pendampingan trauma healing di Desa Sesait. Setelahnya hari Kamis hingga Jumat (13-14) tim ERCB dijadwalkan akan melakukan trauma healing di Desa Kayangan.
Sebelumnya, kurang lebih selama 3 minggu, tim ERCB akan memberikan bantuan kepada korban gempa Lombok di 7 Desa. Tim merespon gempa Lombok dengan memberikan bantuan mck umum, hygiene kit dan hygiene promotion. [NN]