Perempuan Desa Berdayakan Masyarakat Ciherang Lewat Kompos Kotoran Kambing

Uum, perempuan Desa Ciherang, terpaksa menjadi orangtua tunggal bagi ketiga putrinya setelah kematian suaminya akibat demam berdarah pada 2018. Tiga bulan setelah kepergian sang suami, Uum memberanikan diri memulai bisnis pupuk kompos kotoran kambing berbekal pengalaman dan pengetahuan membuat kompos dari mendiang suaminya serta membaca majalah Trubus. Berkat kompos, Uum mampu menyekolahkan anak keduanya di IPB.

“Karena di sini banyak peternakan kambing, suami saya melihat potensi bisnis kompos dari kotoran kambing. Di tengah rencana, suami saya sakit demam berdarah dan meninggal tiga hari setelahnya,” tutur Uum membuka kisahnya di lokasi pengolahan kompos di Desa Ciherang, Kecamatan Sukamakmur, Citeureup, Bogor.

Kepergian suami membuat Uum harus berjuang seorang diri melanjutkan hidup bersama ketiga putrinya. Di tengah kebingungannya, kegemaran Uum membaca Majalah Trubus membuatnya terinspirasi untuk memulai usaha pembuatan kompos.

“Dari situ saya mencoba menghubungi kontak yang tertera di Majalah Trubus. Setelah mendapatkan kontak Toko Trubus, dari situ saya berkeinginan untuk menjadi supplier kompos ke Toko Trubus,” ujarnya.

Peluang tersebut tak disia-siakan oleh Uum. Setelah mendapatkan persetujuan dan tekad besar ingin maju, dirinya memberanikan diri datang langsung ke Toko Trubus.

Awalnya, kualitas kompos yang diproduksi Uum tidak memenuhi standar mutu Toko Trubus. Pupuk kompos racikannya sebanyak dua mobil pick up sukses kembali pulang ke rumahnya.

“Saya sempat mengirim kompos dua mobil pick up, tapi harus kembali karena tidak memenuhi standar kualitas Toko Trubus,” tuturnya.

Tak menyerah, Uum akhirnya membeli kompos yang dijual di Toko Trubus sebagai bahan perbandingan. Setelah tiga kali gagal, ia berhasil membuat kompos yang memenuhi standar mutu Toko Trubus.

“Saat itu saya mengajak saudara, yang kebetulan sedang membutuhkan pekerjaan untuk membantu membuat kompos. Dengan terus melakukan perbaikan produksi, kompos kami akhirnya diterima oleh Toko Trubus. Kegagalan benar-benar membuat saya terus belajar dan berusaha membuat kompos dengan standar mutu yang berkualitas,” ungkap Uum.

Serangkaian kegagalan yang dialami Uum akhirnya berbuah manis. Sejak 2018 Toko Trubus dan Uum mulai menjalin kerja sama. Hingga saat ini, Uum resmi menjadi supplier kompos Toko Trubus. Kini, setiap bulannya, Uum mengirim 2.000 kantong kompos ke Toko Trubus. Berkat kegigihan dan kerja kerasnya, pendapatan Uum pun meningkat. Dari hasil usaha komposnya, ia bisa menyekolahkan putri keduanya di IPB dan putri ketiganya di Pondok Pesantren.

Keberhasilannya tentu tidak ia lakukan sendiri. Uum dibantu oleh enam pekerja yang mayoritas perempuan warga sekitar. Seminggu dua kali, Uum mengendarai sepeda motor dan menempuh jarak belasan kilometer dari rumahnya di Citereup.

Dari rumahnya menuju lokasi pengolahan kompos di Desa Ciherang tidak ia tempuh dengan mudah. Medan yang harus dilalui Uum cukup ekstrem bagi perempuan. Ia harus menelusuri jalan berkelok, menanjak, menurun, dan berbatu. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menghidupi keluarganya.

“Anak saya suka merasa khawatir, karena jalan menuju lokasi cukup ekstrem, tapi saya meyakinkan anak-anak bahwa apa yang saya lakukan untuk mereka. Saya hanya minta sama anak-anak untuk fokus sekolah,” ucap Uum haru.

Kesibukan di lokasi pengolahan kompos milik Uum di Desa Ciherang, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Citereup, Bogor sudah terlihat sejak pagi. Seperti hari itu, tampak beberapa perempuan mengolah kompos yang tengah dikeringkan. Meski bekerja di tumpukan kotoran sapi dan ditemani teriknya matahari, tak menyurutkan semangat para perempuan itu bekerja.

Kompos kotoran kambing ini tidak hanya mampu meningkatkan taraf hidup Uum. Ada banyak orang yang ikut terbantu oleh usaha ini. Salah satunya, Ipah yang mengaku terbantu perekonomiannya berkat Uum. Bersama sang suami, Kodir, Ipah setiap harinya bergelut dengan kotoran kambing demi menyekolahkan ketiga anaknya.

“Saya ikut suaminya Bu Uum sudah sejak lama, alhamdullilah perekonomian terbantu sekali dari pupuk kompos ini. Dari pekerjaan ini saya dan suami bisa menafkahi keluarga dan menyekolahkan anak-anak. Banyak, orangtua di sini anaknya enggak sekolah karena jarak sekolah jauh dan membutuhkan ongkos yang mahal, tapi saya dan suami enggak mau gitu, anak-anak harus tetap sekolah,” kata Ipah.