Mengatasi Kesenjangan Digital di pedesaan dengan Internet Komunitas

Common Room Foundation menggelar Rural ICT Camp 2025 di Wisma Hijau, Trubus Bina Swadaya, Cimanggis, Depok, pada 23–26 September 2025. Mengusung tema “Internet Komunitas & Akses yang Bermakna”, acara ini menjadi media untuk memperkuat inisiatif digital di daerah pedesaan dan terpencil di Indonesia.

Direktur Common Room, Gustaff H. Iskandar mengungkapkan bahwa tema ini adalah tindak lanjut dari Konsultasi Nasional untuk Internet Komunitas yang Bermakna. Acara tersebut digelar oleh ICT Watch dan jaringan kolaborasi Rembuk Nusa pada November 2024. Sebagai penggagas Rural ICT Camp, Gustaff juga konsisten mendorong inisiatif kolaborasi dan perkembangan ekosistem digital berbasis komunitas.

“Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan peserta Sekolah Internet Komunitas yang tersebar di 10 lokasi di delapan provinsi di Indonesia,” ujar Gustaff saat membuka acara, Selasa (23/9/25).

Delapan provinsi tersebut meliputi Pulo Aceh; Kasepuhan Gelar Alam dan Kecamatan Ciracap, Jawa Barat; Desa Tembok, Bali; Desa Sukadana, Lombok, Nusa Tenggara Barat; Desa Mata Redi dan BLK Don Bosco, Nusa Tenggara Timur; Kepulauan Taliabu, Maluku Utara; Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan serta Ngata Toro, Sulawesi Tengah.

Menurutnya, pemerataan akses internet dan teknologi digital di daerah terpencil tidak cukup sebatas menyediakan infrastruktur. Pelatihan dan peningkatan kapasitas juga perlu dilakukan untuk mencegah risiko negatif penggunaan internet.

“Sekarang kita mengalami bagaimana internet dan teknologi digital menjadi dominan dalam kehidupan, tapi pada saat yang bersamaan ada juga risikonya,” tambahnya.

Ia mencontohkan, di banyak daerah, marak kasus seperti judi online (judol), pinjaman online (pinjol), penyebaran konten ilegal, hingga berita bohong atau hoax.

“Risiko ini hanya bisa diatasi kalau kita secara aktif melakukan pelatihan. Tidak cukup hanya mengajarkan literasi digital, tetapi juga memberi tahu risiko yang memang menjadi bagian dari pengembangan teknologi,” tambahnya.

Rural ICT Camp 2025 merupakan rangkaian kegiatan tahunan yang sebelumnya digelar di kasepuhan Ciptagelar (2020—2021); Desa Tembok, Bali (2022); Pulo Aceh (2023); dan Ciracap, Sukabumi (2024).

“Inisiatif ini mendukung pengembangan infrastruktur internet di pedesaan yang efektif, aman, terjangkau, dan bermakna,” ujarnya lagi.

Pada kesempatan yang sama, turut hadir Counsellor Economics and Social Affairs, British Embassy Jakarta, Samuel Hayes. Ia menyatakan, kegiatan ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan digital dan memberdayakan komunitas di wilayah pedesaan dan tempat-tempat terpencil.

“kami meyakini, komunitas dapat memimpin, membangun, memiliki, serta mengoperasikan infrastruktur dan jaringan internet mereka sendiri. Hal ini yang kami sebut menghubungkan mereka yang tidak terhubung (Connecting the Unconnected). Kami juga berharap kegiatan ini terus berkembang sehingga mendorong inklusi digital di pedesaan,” ucapnya.

Untuk tahun ini, Kepulauan Mentawai dipilih menjadi lokasi percontohan baru. “Kami mendapat partner baru, yakni Bina Swadaya. Rencananya kita akan berkolaborasi mengembangkan akses internet berbasis komunitas di Kepulauan Mentawai,” ucapnya.

Ia optimis kolaorasi ini akan membawa dampak yang baik. “Tujuannya hanya satu, untuk menjadi Indonesia yang sesungguhnya. Ini adalah bukti hidup bagaimana kita bisa belajar bersama,” tutupnya.



Tinggalkan Balasan