Kolaborasi Multisektor Jadi Kunci Produk Atsiri Indonesia Kuasai Pasar Global

Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) bekerja sama dengan Trubus Swadaya menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) “Peningkatan Kapasitas Petani Atsiri untuk Siap Ekspor”. Kegiatan yang berupaya mendorong minat petani dan pelaku ekspor produk atsiri agar lebih memanfaatkan kesempatan guna meningkatkan kapasitas produksi dan pengetahuan seputar ekspor ini, diselenggarakan di Sanur, Bali, Senin (20/6/22).

Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor, Ni Made Ayu Marthini menyampaikan, keanekaragaman hayati (biodiversity) yang melimpah di Indonesia berpotensi menghasilkan produk-produk atsiri berkualitas ekspor yang diminati pasar global. Pasar ekspor atsiri Indonesia adalah negara-negara di Benua Eropa, seperti Prancis, Polandia, Irlandia, Belgia, Spanyol, dan Belanda.

Minyak atsiri berbasis rempah seperti serai, pala, kayu manis, jahe, kapulaga, adas dan cendana, memiliki porsi sebesar 58,7%, diikuti oleh air distilasi minyak atsiri sebesar 22,4%, citrus 13,2%, dan mint 5,6%. Petani Indonesia bisa memanfaatkan peluang-peluang ini secara maksimal. Mengingat permintaan produk atsiri Indonesia di pasar global sangat tinggi. Bahkan, sejak pandemi Covid-19, permintaan essential oil dan atsiri luar biasa meningkat.

“FGD ini menjadi ajang pertemuan kementerian, lembaga, petani, hingga off taker. Kami akan membantu petani dan off taker mendapatkan pasar yang lebih besar. Ke depan, Kemendag akan terus menjalin kerja sama dengan kementerian lain, lembaga, UMKM dan koperasi yang memiliki program untuk mendorong petani dan pelaku usaha dapat menjual produknya ke pasar global. Melalui kolaborasi ini, kami berharap industri atsiri dapat berkembang sehingga ekspor atsiri semakin meningkat. Ini sebuah potensi yang harus dikelola secara secara serius,” kata Marthini di sela-sela FGD “Peningkatan Kapasitas Petani Atsiri untuk Siap Ekspor” yang diselenggarakan di Sanur, Bali, Senin (20/6/22).

Menurutnya, Kemendag memiliki sejumlah peran dalam meningkatkan kapasitas ekspor produk atsiri Indonesia seperti melakukan branding, melakukan kerja sama, dan menjalin sinergi dengan multisektor. Kemendag memiliki 46 perwakilan di luar negeri, dua di antaranya Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) dan Atase Perdagangan.

“Perwakilan perdagangan ini juga bertugas menyelenggarakan business matching dengan para buyers di luar negeri yang tertarik dengan produk-produk Indonesia. Mereka menjadi ujung tombak dan pintu produk-produk Indonesia dijual ke luar negeri. Hari ini kami mempertemukan antara kementerian, lembaga, petani, off taker. Mereka juga berkomitmen untuk menghasilkan produk organik,” ungkapnya menambahkan.

Executive Secretary Trubus Bina Swadaya, Emilia Tri Setyowati, mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi atsiri yang sangat besar. Rempah-rempah sebagai bahan dasar atsiri melimpah. Akan tetapi, sejumlah tantangan masih dihadapi seperti belum banyaknya petani yang mengusahakan atsiri secara luas. Salah satu solusinya adalah petani harus membentuk kelompok untuk menghasilkan volume produksi berskala besar.

Menurutnya, tren pasar dunia untuk minyak atsiri pada 2021 jauh berkembang dibanding 2019. Bahkan, pada 2020 sudah terlihat pertumbuhan yang signifikan karena adanya pandemi Covid-19. Pada 2021 tren ini semakin tinggi. Pertumbuhan pasar atsiri dunia meningkat tajam di masa pandemi Covid-19, di mana banyak orang menjalani pola hidup sehat. Pandemi Covid-19 mengajarkan orang di seluruh dunia untuk lebih banyak mengonsumsi sesuatu yang natural. Inilah yang membuat pertumbuhan pasar atsiri tinggi.

“Dalam FGD ini Trubus Swadaya akan menjembatani kelompok tani. Kami mempertemukan stakeholder yang akan mendukung ekosistem atsiri. Petani tidak mungkin berjalan sendiri. Trubus Swadaya akan menjadi jembatan sehingga kelompok tani dapat mandiri dan berkolaborasi dengan eksportir sehingga ekosistem ini bisa kita jembatani demi kemajuan dan perkembangan petani atsiri di Indonesia,” ungkap Emilia.

Dengan demikian, bukan hanya bahan mentah yang dijual, melainkan produk olahan minyak atsiri. Produk olahan inilah yang bisa masuk ke pasar lokal bahkan global.

“Kitalah yang bisa menentukan target pasar yang akan dituju. Dari local specific ini, kitalah yang dapat menentukan harga. Kita harus bisa menjadi rujukan dari atsiri yang dibutuhkan oleh dunia. Ke depan kita perlu mengeksplor lagi jenis-jenis tanaman yang bisa kita gunakan untuk atsiri,” tutupnya.