Community Facilitator Ideal

Keberadaan tenaga pendamping bagi kelompok nelayan yang akan menerima bantuan dalam program ETESP-ADB Sektor Perikanan tahun 2007 masih sangat diperlukan. Pentingnya keberadaan tenaga pendamping ini ditujukan untuk memfasilitasi proses penyampaian input di sektor perikanan, meningkatkan partisipasi masyarakat, serta membangun upaya keberlanjutan program di tingkat desa melalui kelompok.

Untuk mencapai tujuan tersebut, peran yang dilakukan oleh Community Facilitator (CF) sektor perikanan tahun 2007 adalah melakukan fasilitasi dalam hal persiapan sosial, persiapan organisasi, persiapan kelompok, persiapan penerimaan bantuan, dan peletakan dasar keberlanjutan serta perluasan manfaat. Peran CF tersebut kemudian dijabarkan ke dalam tugas yang diemban, yaitu memfasilitasi penyaluran input, melakukan koordinasi dan konsultasi, fasilitasi penguatan kelompok, melakukan monitoring, serta secara berkala melaksanakan pelaporan terhadap proses dan hasil kerja.

Agar dapat menjalankan peran dan tugas dalam mendukung kelancaran pekerjaan dalam sektor perikanan 2007 secara optimal, maka perlu dilakukan upaya peningkatan kapasitas CF, baik dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam memfasilitasi. Salah satu bentuk peningkatan kapasitas yang baru-baru ini dilakukan adalah melalui kegiatan pelatihan CF.

Selama lebih kurang sebelas hari (3-13 Juli 2007) Bina Swadaya dan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait telah melakukan pelatihan CF di beberapa kabupaten yang ada di NAD dan Nias. Di NAD pelatihan CF diselenggarakan di Kabupaten Aceh Barat (30 peserta), Bireuen (18 peserta), Simeulue (20 peserta), Lhokseumawe (23 peserta). Sementara di Nias pelatihan CF dipusatkan di Kab. Nias Selatan yang diikuti 19 peserta.

Dari pemantauan Info Pemberdayaan, terlihat bahwa CF sangat dinamis, realistis, dan kritis dalam melihat suatu permasalahan. Kondisi ini didukung oleh tingkat pendidikan CF yang rata-rata adalah sarjana dan punya pengalaman yang cukup memadai. Kemampuan menganalisa kondisi serta informasi yang tepat tentang situasi setempat adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Di samping itu, kerjasama antarpelaku dan koordinasi dengan berbagai pihak menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar sehingga upaya-upaya yang sudah dibangun selama ini jangan sampai rusak.

Dengan kapasitas yang dimiliki oleh CF, baik pengalaman maupun pengetahuan dan wawasan yang didapat selama pelatihan, diharapkan CF sebagai “garda” terdepan dalam memfasilitasi masyarakat nelayan bisa memainkan perannya yang lebih maksimal. Sehingga bantuan yang diberikan kepada masyarakat menjadi bantuan yang memberdayakan serta dapat menjadi aset yang memulihkan mata pencaharian masyarakat nelayan secara berkelanjutan.

Melalui pelatihan ini diharapkan para peserta pelatihan; 1) dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat di lokasi proyek; 2) dapat menerangkan atau memberi informasi yang tepat tentang bantuan di sektor perikanan; 3) dapat memfasilitasi masyarakat nelayan agar bantuan yang diberikan menjadi bantuan yang memberdayakan.

Pelatihan memang belum bisa menjawab semua masalah di lapangan apalagi hanya dilakukan selama beberapa hari. “Perlu kiranya dipikirkan cara-cara lain untuk memperkuat kapasitas CF dalam mengemban tugas-tugas di lapangan karena kemampuan CF sangat berbeda-beda”, paling tidak itulah yang dikatakan oleh Asna Riza (27), CF wilayah Jangka Mesjid Kec. Jangka Kab. Bireuen di sela-sela pelatihan. (ya)