- Juli 18, 2017
- Posted by: AstriSO93
- Category: Kusala Swadaya
Bina Swadaya melalui penganugerahan Trubus Kusala Swadaya memberikan apresiasi bagi individu-individu yang inspiratif dan berhasil memberikan perubahan nyata yang lebih baik bagi lingkungannya. Penghargaan dua tahunan ini menitikberatkan kepada generasi muda agar bersemangat dan berkarya serta berkontribusi untuk lingkungannya.
Trubus Kusala Swadaya 2017 mengangkat tema “Yang Muda Yang Berkarya”, penghargaan ini memotivasi generasi muda dalam mengeksplorasi karyanya agar bermanfaat untuk masyarakat.
Setelah dilakukan beberapa rangkaian seleksi, terpilih 4 pemenang dengan kategori individu dan kelompok.
Bernadete Deram Bellen memperoleh Trubus Kusala Swadaya Kategori Penghargaan Khusus. Kiprahnya sebagai pengurus Komunitas Lodan Doe di Adonara, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur ini telah berkontribusi tanpa pamrih untuk lingkungan sekitarnya dengan memberdayakan perempuan-perempuan kepala keluarga atau para janda yang menjadi tulang punggung keluarga.
Pemberdayaan melalui pelatihan-pelatihan dan mengelola hasil kerajinan serta keuangan agar bisa digunakan dengan tepat. Program yang diusung Bernadete dalam Lodan Doe, adalah Arisan Tenun, Arisan Membangun Rumah, Lumbung Sembako, dan pelatihan agar anggota-anggotanya melek hukum, melek baca tulis dan masih banyak lagi.
Bernadete juga seorang fasilitator untuk PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga) di NTT. Tugasnya mendampingi anggota PEKKA untuk belajar dan bersosialisasi serta menumbuhkan semangat untuk survive dan saling memecahkan solusi saat ada masalah.
Trubus Kusala Swadaya 2017 kategori individu diberikan kepada Reka Agni Maharani. Perempuan lulusan Universitas Indonesia (UI) biasa disapa Ma’Chan, bersama sang suami Samsul Asinar, menggagas kewirausahaan sosial di Desa Cihaur, Sukabumi, Jawa Barat dengan konsep agroekologi. Agroekologi, menurut Ma’Chan, adalah praktik pertanian selaras alam yang mempertimbangkan kelestarian ekosistem dan kultur masyarakat.
“AGNI” sendiri adalah merek dagang yang bertujuan memperkenalkan produk pangan alami hasil petani dan kelompok perempuan dampingan di kebun Cijapun dan sekitarnya di Desa Cihaur. Kebun Cijapun sebagai stasiun lapangan bersifat otonom. Sebagian keuntungan dari AGNI diperuntukkan bagi kegiatan studi dan pengembangan agroekologi di Indonesia, sekaligus pengembangan bisnis pertanian yang selaras dengan alam, adil bagi petani, dan layak bagi konsumen.
Dua pemenang Trubus Kusala Swadaya 2017 lainnya adalah dari Komunitas Virageawie (Indonesian Bamboo Community) untuk kategori kelompok. Komunitas ini memberdayakan para pemuda dan masyarakat di sekitarnya untuk ikut terlibat membuat dan menggunakan alat-alat musik yang terbuat dari bambu. Tujuannya adalah sebagai dukungan pada ramah lingkungan dan membuat sesuatu yang unik. Komunitas asal Cimahi Jawa Barat ini, berinovasi dengan totalitasnya dan menjadi penggerak kreativitas para pemuda di lingkungan sekitarnya.
Satu pemenang lainnya di kategori kelompok adalah Komunitas Hysteria, yakni komunitas yang menganut “Peka Kota” artinya sangat mencintai kebersihan dan ketertiban kotanya. Komunitas asal Semarang ini kerap berkeliling kampung untuk memastikan bahwa masyarakatnya memperoleh kenyamanan.
Komunitas Hysteria juga sangat peduli dengan hiburan untuk masyarakat, kadang dilakukan karaoke berjalan dengan biaya sendiri dari satu kampung ke kampung sehingga kekeluargaan tercipta dengan baik. Keberadaan komunitas ini di Semarang dan sekitarnya, juga melayani pengaduan masyarakat kota berbasis online.
Aksi-aksi inspiratif yang dilakukan oleh generasi muda ini dapat menginspirasi anak muda di tempat lainnya agar termotivasi dalam berkarya dan berkontribusi untuk lingkungannya dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing.