- Maret 9, 2021
- Posted by: AstriSO93
- Categories: Cerita Dampingan, Jaringan, Peristiwa
Yayasan Bina Swadaya melalui Yayasan Ayo Indonesia Ruteng, NTT, menyerahkan bantuan bibit babi kepada keluarga penyandang disabilitas yang tergabung dalam kelompok difabel Moeng Mose Langke Majok, Desa Nao dan Tungku Mose Jaong, Desa Jaong.
Penyerahan bantuan bibit babi ini dihadiri oleh Ketua Forum Pastoral Inklusi Paroki Santu Pio Langke Majok, staf lapangan program difabel dari Yayasan Ayo Indonesia, dan keluarga-keluarga penerima bantuan.
Manajer Program Pemberdayaan Yayasan Ayo Indonesia, Richardus Roden Urut mengungkapkan bahwa bantuan bibit babi ini merupakan dukungan dari Yayasan Bina Swadaya yang diamanatkan langsung oleh Yayasan Ayo Indonesia untuk memberdayakan keluarga-keluarga penyandang disabilitas.
Penyerahan bantuan ini diharapkan mampu meningkatkan sumber pendapatan keluarga disabilitas melalui usaha sayuran dan pemeliharaan ternak babi sehingga mereka bisa mandiri secara finansial.
“Kami berharap penerima bantuan menjadi lebih semangat lagi menanam sayur-sayuran. Sementara, kotoran ternak bisa digunakan sebagai pupuk organik sehingga sayuran yang dihasilkan lebih sehat karena tidak menggunakan pupuk kimia. Tidak ada alasan lagi bagi kalian untuk membiarkan lahan-lahan di sekitar rumah tidak ditumbuhi aneka sayur-sayuran sehat. Lahan yang kalian miliki adalah aset yang bisa menjadi sumber uang dan juga makanan bergizi,” papar Richard.
Menanam sayur-sayuran dan memelihara ternak, lanjut Richard merupakan suatu keharusan untuk meningkatkan pendapatan, terlebih para keluarga penerima bantuan bibit babi telah mendapatkan pelatihan administrasi keuangan.
“Pelatihan melek keuangan (financial literacy) yang kami lakukan ini didasari pada persoalan kekurangan uang pada setiap tahun yang dialami oleh keluarga-keluarga penyandang disabilitas, terlebih pada bulan Januari sampai April merupakan bulan paceklik. Penghasilan dari hasil kebun dan pekarangan tidak mencukupi, sementara pengeluaran keluarga terus meningkat. Jika situasi ini tidak diperbaiki, maka sebagian kebutuhan dasar dari anggota keluarga khususnya anak-anak penyandang disabilitas tidak terpenuhi,” ungkap Richard menambahkan.
Sementara itu, Ketua Forum Pastoral Inklusi Paroki Santu Pio Langke Majok, Yohanes Madji, AM.d, pada kegiatan penyerahan bantuan bibit babi turut menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Bina Swadaya yang ikut ambil bagian dalam mendukung misi forum, yaitu meningkatkan kesejahteraan keluarga-keluarga difabel dan para penyandang disabilitas dengan mengembangkan usaha sayur-sayuran untuk tujuan ekonomi, gizi, dan ekologi.
“Saat ini Forum belum memiliki dana sendiri untuk menjalankan program-program pemberdayaan keluarga difabel dan para penyandang difabel, namun yang telah dilakukan Forum adalah membangun komunikasi dengan Pemerintah Desa agar dana desa juga dialokasikan untuk pemenuhan hak-hak ekonomi dari para penyandang disabilitas. Pemerintah Desa Nao sejauh ini menyatakan telah mengalokasikan dana untuk pemberdayaan ekonomi dari keluarga para penyandang disabilitas,” jelas Yohanes Madji yang akrab disapa Jhon.
Jhon juga menambahkan bahwa program pemberdayaan bagi keluarga disabilitas dan penyandang disabilitas sangat mendesak. Sebab, selama ini, dari hasil pendataan dan evaluasi tahunan bersama mereka, persoalan kekurangan uang pada bulan-bulan tertentu, seperti Januari hinggga April masih saja terjadi. Situasi ini semakin sulit di masa pandemi. Beruntung sebagian dari mereka telah menjadi anggota koperasi kredit sehingga di masa sulit bisa meminjam uang di koperasi dengan bunga terjangkau dan dicicil setiap bulan untuk membeli beras.
“Kepada para penerima bantuan babi, saya minta untuk memanfaatkan setiap jengkal tanah dengan menanam sayur-sayuran untuk tujuan ekonomi dan makan sendiri, agar kamu sekeluarga sehat dan berkecukupan gizi,” tegas Jhon Madji yang juga bertugas sebagai Ketua PSE di Paroki Langke Majok.
Forum Pastoral Inklusi Paroki Langke Majok dan Yayasan Ayo Indonesia sepakat melakukan pendampingan rutin terhadap 15 keluarga yang anaknya tergolong penyandang disabilitas berat dengan cara orangtua mereka diberi pelatihan membuat tempe, melek keuangan, pelatihan pertanian organik untuk mengotimalkan pemanfaatan lahan di sekitar rumah dan beternak babi. Menurut Jhon, ini adalah strategi yang tepat agar di saat anak-anak mereka sudah diberi makan, mandi dan sedang beristirahat, orangtua mereka masih bisa beraktivitas ekonomi.
Pendamping lapangan keluarga-keluarga difabel dari Yayasan Ayo Indonesia, Magdalena Sabe, yang hadir pada acara penyerahan bantuan bibit babi tersebut menyampaikan bahwa pekerjaan pendamping ke depan adalah memberi motivasi secara terus-menerus kepada keluarga-keluarga difabel agar mereka mampu memproduksi tempe dan sayur-sayuran secara kontinyu.
Selain itu, kata Len, sapaan akrab Magdalena Sabe, yang tidak kalah pentingnya adalah mengajarkan mereka cara mengelola keuangan supaya bisa menentukan kebutuhan dalam menggunakan uang dan mengurangi keinginan sehingga mereka tidak mengalami apa yang disebut besar pasak daripada tiang.
“Peran kami adalah mendorong mereka jika ada uang yang pertama dilakukan adalah tabung uang itu sebesar 35 persen ke Koperasi Kredit dan 65 persen untuk membelanjakan kebutuhan dasar dan biaya pendidikan anak anak, seperti yang telah diajarkan pada pelatihan Melek Keuangan minggu lalu yang diselenggarakan oleh Yayasan Ayo Indonesia dan Stiftung Solidarität Dritte Welt, Switzerland serta Steyler Missionsprokur Steinhausen, Switzerland,” ungkap Len Sabe.
Pada akhir kegiatan penyerahan bantuan, Stefanus Batuk, orangtua dari Natalia Mayora Daiman berusia 4 tahun yang mengalami downsyndrom menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Bina Swadaya dan Yayasan Ayo Indonesia yang telah membantu keluarga penyandang disabilitas.
“Bantuan babi yang diberikan, akan kami pelihara dengan baik dan kami tetap melanjutkan menanam sayur-sayuran di lahan yang berada di belakang rumah,” ungkap Stefanus.