1969 - 1974
ketika diterbitkan majalah pertanian Trubus, Yayasan Sosial Tani Membangun (YSTM) bertindak sebagai penerbit,. Disamping menjadi penerbit majalah Trubus, juga sebagai penerus IPP menyelenggarakan program-program pelatihan, pendampingan dan pengembangan usaha produksi pertanian serta pemasarannya
1973
atas desakan Pemerintah dalam rangka penyederhanaan organisai politik dan organisasi massa, Ikatan Petani Pancasila bersama 14 organisasi tani lain bergabung dalam Himpunan Kerukunan Tani Indonesia.
Dengan demikian pendekatan organisasi massa, termasuk kegiatan advokasi diintegrasikan kedalam HKTI, sementara pendekatan manajemen proyek dan pengembangan partisipasi masyarakat lokal dalam Kelompok Swadaya Masyarakat di kelola oleh Yayasan Sosial Tani Membangun (YSTM) yang selanjutnya bertranformasi menjadi Yayasan Bina Swadaya.
Dengan demikian pendekatan organisasi massa, termasuk kegiatan advokasi diintegrasikan kedalam HKTI, sementara pendekatan manajemen proyek dan pengembangan partisipasi masyarakat lokal dalam Kelompok Swadaya Masyarakat di kelola oleh Yayasan Sosial Tani Membangun (YSTM) yang selanjutnya bertranformasi menjadi Yayasan Bina Swadaya.
1974 - 1998
Khususnya dalam era Orde Baru, Bina Swadaya berbentuk Lembaga Pengembangan Sosial
Ekonomi dengan pendekatan mengembangkan laboratorium sosial dan bekerjasama dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat baik Pemerintah maupun Swasta di dalam dan di luar negeri.
Ekonomi dengan pendekatan mengembangkan laboratorium sosial dan bekerjasama dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat baik Pemerintah maupun Swasta di dalam dan di luar negeri.
1985
ketika Menteri Penerangan menetapkan Penerbit Pers dilarang mengelola kegiatan lain diluar penerbitan pers. Pengurus YSTM kemudian mendirikan Yayasan Bina Swadaya yang kepengurusannya sama dengan YSTM untuk mengelola program-program lain diluar penerbitan Majalah Pertanian Trubus
1999 - 2017
Kelembagaan Bina Swadaya dipandang perlu mendirikan badan hukum ekonomi (Perseroaan Terbatas/PT) sebagai wadah dari kegiatan-kegiatan yang semakin besar bobot ekonominya, sehingga dengan demikian tidak hanya biaya-biaya program bisa ditutup tetapi juga memungkinkan surplus yang dapat diinvestasikan pada program-program social development lain Majalah Trubus yang semula dikelola oleh Yayasan kemudian dibentuk badan pengelola baru: PT Trubus Swadaya (untuk pernerbitan majalah), PT Penebar Swadaya dan PT. Puspa Swara (untuk penerbitan buku), PT Trubus Mitra Swadaya ( untuk pengelolaan toko-toko pertanian), PT Bina Swadaya Tour (untuk program pariwisata alternatif), PT Bank Perkreditan Rakyat Bina Arta Swadaya (untuk pelayanan keuangan mikro) dan lain sebagainya