Indonesia International Book Fair (IIBF) kembali hadir di Jakarta 2 sampai 6 September 2015. Ajang tahunan ini menjadi agenda rutin Niaga, Puspa, dan Penebar yang tidak pernah absen ambil bagian dalam rangka promosikan buku internal Bina Swadaya Grup.
Tahun 2015 IIBF diselenggarakan di JCC. Lokasi baru ini membuat pengunjung terasa lebih nyaman dibanding dengan Istora Senayan. Menurut Muklis (Niaga), lokasi baru pameran tahun ini memberikan tantangan besar, selain target yang lebih besar, pameran tahun ini dirasa lebih eksklusif dan terasa lebih luas (nyaman).
Indonesia Rights Fair
Indonesia International Book Fair 2015 kembali dilengkapi dengan pameran yang berfokus pada transaksi hak cipta, yakni “Indonesia Rights Fair 2015” (IRF 2015). Dalam kegiatan ini para penerbit dari dalam dan luar negeri dapat memamerkan buku-bukunya dan melakukan transaksi hak cipta (copyrights) dengan penerbit lain, atau pemilik naskah untuk melakukan penerbitan bersama (co-publishing).
IRF 2015 juga digunakan sebagai wahana untuk saling bertukar informasi dan budaya antar penerbit dari dalam dan luar negeri. Seluruhnya dikaitkan dengan aktivitas seputar hak cipta buku, co-publication, penerjemahan, teknologi e-book, dan lain sebagainya.
Negara Korea yang menjadi guest honour IIBF 2015 menjadi daya tarik pengunjung. Penerbit internal, Puspa, Penebar, bersama Niaga juga tidak ketinggalan memberikan nuansa baru di stand. Ada lapak jujur, konsultasi anak dari Puspa, dan Penebar sendiri membuka both bagi yang ingin menjadi penulis.
Penebar Swadaya Grup
Dalam pameran ini Penebar Swadaya Grup mengadakan berbagai program yang spesial, salah satunya adalah “Lapak Kejujuran.” Di lapak kejujuran ini, pengunjung bebas memilih buku yang mereka inginkan. Untuk setiap buku yang diambil, pengunjung diminta untuk memasukkan uang lima ribu Rupiah ke dalam kotak yang telah disediakan.
Menurut Hety Indriani, Direktur PT Penebar Swadaya Grup, tujuan dihadirkan Lapak Kejujuran di IIBF tahun ini adalah untuk memberikan sesuatu yang fresh bagi stand Penebar Swadaya.”Tujuan dihadirkannya Lapak Kejujuran ini adalah untuk memberikan warna yang baru di stand Penebar Swadaya. Selain itu, Lapak Kejujuran ini dimaksudkan untuk menanamkan nilai kepercayaan dan kejujuran kepada para pengunjung,” tutur Hety.
Hety berharap, hasil penjualan dari Lapak Kejujuran yang dilakukan Penebar Swadays bisa disumbangkan untuk kegiatan sosial. “Hasil yang didapat dari Lapak Kejujuran ini, nantinya bisa dipergunakan untuk kegiatan sosial, seperti taman baca atau kegiatan lainnya. Semoga, kami bisa meneruskan tindakan positif dari para pelanggan”, tambahnya.
Selain Lapak Kejujuran, Penebar Swadaya juga mengadakan program Writing Corner untuk para penggunjung IIBF tahun ini. Melalui Writing Corner ini, Penebar Swadaya memberikan wadah bagi para pengunjung yang mempunyai minat menulis untuk menerbitkan naskahnya. Terbukti, selama penyelenggaraan, selalu ada penulis baru yang antusias ingin menerbitkan naskahnya.
Demi menarik minat pengunjung, Penebar Swadaya juga memberikan obral buku murah. Lebih spesialnya lagi, Penebar Swadaya memberikan kesempatan bagi para pembeli untuk mendapatkan beasiswa puluhan juta rupiah persembahan Euro Management. Untuk mendapatkan kesempatan ini, pengunjung harus membeli buku karya dari Suyoto Rais yang berjudul Sakura di Langit Nusantara.
Di IIBF tahun ini, Suyoto Rais menjadi salah satu narasumber dari talkshow yang berjudul “Seindah Sakura di Langit Nusantara”. Lahir dari keluarga yang kurang berkecukupan dan broken home, seorang pakar dan profesional global yang juga penulis buku ini meyakinkan para penggunjung hari keempat IIBF 2015 bahwa kemiskinan bukanlah alasan untuk tidak bisa memiliki mimpi yang tinggi.
“Kemiskinan tak perlu menghancurkan harapan dan menjadi alasan kita untuk tidak memiliki cita-cita yang tinggi,” ujarnya di acara tersebut.
Dengan latar masa kecil yang serba tidak berkecukupan, Suyoto Rais termotivasi untuk sukses dan terus bekerja keras menggapai mimpinya menjadi pengusaha kelas global. “Kalau sudah punya impian, jangan pernah menyerah di tengah jalan!” tambahnya.
Hal ini pun ia buktikan dengan dirinya berhasil menjadi peneliti di IMS (Intelligent Manufacturing Systems). IMS adalah sebuah konsorsium penelitian yang dikelola oleh METI (Kementerian Ekonomi , Industri dan Perdagangan Jepang). Saat ini, Suyoto Rais menjabat sebagai Vice President di salah satu perusahaan Internasional (PT Nagai Plastic Indonesia) yang ada di Indonesia
Laris Manis
Dua hari terakhir pagelaran pameran, Penebar dan Puspa juga membuka stand obral buku murah dari harga 5000 rupiah. Obral buku ini merupakan perpaduan Puspa dan Penebar, hasilnya bisa dibilang luar biasa. Mba Murti dari Penebar mengakui lapak murah ini mampu menarik minat konsumen untuk belanja. “Saya aja sampe nggak sempet makan ini mas”, ungkapnya di sela melayani konsumen.
Dalam 2 hari saja, Penebar mampu meraih 14 juta. Walaupun harus berangkat pagi pulang malam, Mba Murti mengaku semangat, karena stand ramai terus.
Puspa Swara juga tidak ketinggalan membuka stand konsultasi gratis bersama dokter Fransiska Handy penulis buku pertumbuhan bayi. Guna menarik pengunjung yang ingin konsultasi, Bene dan Septi rajin mempromosikan kepada setiap pengunjung yang membawa anak di depan stand Puspa.( jody/n)