Tim Emergency Respon Bina Swadaya kembali lakukan sosialisasi format kajian kepada 4 Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Wukisari, Trimulyo, Piyungan, dan Girirejo di Bantul.
Berlokasi di Sekretariat Badan Koordinasi TPA – TKA Kecamatan Jetis, Sosialisasi kali ini dipenuhi dengan curhatan warga terkait kebutuhan air bersih yang berkurang saat musim kemarau. Selain kekeringan yang melanda di wilayahnya, menurutnya bencana lain yang menyita perhatian adalah bencana sosial.
Sosialisasi ini merupakan kelanjutan dari 3 wilayah sebelumnya di Klaten, Solo, dan Magelang. Teman – teman dari FPRB di wilayah Bantul memang sudah pengalaman dengan berbagai bencana yang mereka alami. Walaupun bencana tidak diharapkan terjadi, anggota FPRB tetap saling jaga koordinasi dan bantu warga. Pelatihan kali ini juga diikuti oleh gugus kegiatan Bina Swadaya, dari perwakilan Niaga Swadaya dan BPR BAS Yogyakarta.
Sosialisasi format kajian bencana ini merupakan salah satu cara FPRB bisa mendapatkan bantuan langsung secara cepat dan tepat melalui Bina Swadaya. FPRB yang selama ini sudah menjadi dampingan dari Bina Swadaya Konsultan diharapkan terus berjalan dan menjadi mitra saat terjadi bencana. Selain sosialisasi format kajian, bersama Bina Swadaya para anggota mengharapkan penguatan kelembagaan yang diteruskan secara berkala, dan tidak hanya terjadi jika ada bencana saja.
Terkait dengan bencana, Sugiyono dari FPRB Girirejo mengutarakan bencana di Yogyakarta tidak hanya gunung meletus dan gempa bumi. Saat ini yang mereka rasakan adalah kebakaran (hutan),angin kencang dan kekeringan. Kekeringan menjadi kendala di beberapa wilayah anggota Trimulyo dan Wukisari. Selama ini FPRB mempunyai dana melalui kas yang digunakan untuk pengadaan mobil tangki air. Satu mobil tangki mengeluarkan biaya sebesar 170 ribu rupiah, untuk kebutuhan selama 1 minggu.
Sosialisasi tersebut menjadi ajang curhat anggota yang mengutarakan isi hati mereka yang iri dengan wilayah Gunung Kidul. Gunung Kidul yang terkenal dengan wilayah keringnya sudah mampu mencukupi kebutuhan air bersih dengan bantuan pemerintah yang fokus pada satu wilayah. Menurut Enggar Susanto dari FPRB Piyungan, bantuan berupa tangki air tidak akan menyelesaikan masalah yang terjadi saat ini. Mereka membutuhkan jalan keluar berupa bantuan untuk jangka waktu yang lama.
Selain bencana kekeringan, FPRB juga menyoroti bencana sosial yang menjadi keluhan masyarakat. Sulit berkembanganya perekonomian masyarakat juga menjadi perhatian FPRB disaat tidak terjadi bencana alam. Pihak FPRB pun sudah mencari jalan keluar dengan mengupayakan wilayahnya dikembangkan menjadi objek wisata agar sebagai pemasukan bagi warganya.
Harapan
Menjadi harapan besar FPRB kepada Bina Swadaya agar terus terjalin kerjasama dan menjadi mitra kedepannya. Terkait dengan kerjasama, FPRB berharap bencana sosial juga menjadi perhatian, dan tidak hanya jika terjadi bencana alam saja. Masalah ekonomi membutuhkan jalan keluar seperti pemberdayaan di masayarakat.
Bapak Budi Atmojo perwakilan dari Niaga Swadaya Yogyakarta yang ikut kegiatan tersebut mengungkapkan pertemuan dengan warga secara langsung merupakan pengalaman yang jarang didapatkannya. Terkait dengan sosialisasi dirinya juga menyambut baik usaha yang dilakukan Bina Swadaya terkait kerjasama dengan FPRB.