Komunitas keluarga besar Bina Swadaya setiap bulan Mei mempunyai dua peringatan yang sungguh sangat berarti bagi semua warga Bina Swadaya, yaitu pertama peringatan ulang tahun Bina Swadaya yang jatuh pada tanggal 24 Mei dan kedua adalah peringatan wafatnya Pater Johannes Dijkstra, SJ atau yang dikenal dengan sebutan “Romo Dijkstra” pada tanggal 10 Mei.
Seperti diketahui bersama bahwa Dijkstra adalah tokoh inspirasi berdirinya Bina Swadaya. Pater Dijkstra merintis berdirinya Gerakan Pancasila yang terdiri dari Ikatan-ikatan Buruh, Petani, Nelayan, Usahawan dan Paramedis, yang berjuang meningkatkan kualitas hidup mereka. Secara khusus beliau menjadi penasihat susila (etika) dari Ikatan Petani Pancasila (IPP). Pada tahun 1967, IPP mendirikan Yayasan Bina Swadaya (dulunya bernama Yayasan Sosial Tani Membangun).
Pada bulan Mei tahun 2015 ini Bina Swadaya mengundang romo Benedictus Hari Juliawan SJ, Doktor di Oxford University, UK. Seorang Pastor Jesuit yang dulunya sebagai Pengajar di Program Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, sekarang berkarya melayani buruh migran se-Asia Pasifik, Koordinator Karya Sosial Jesuit Converence. Lahir di Ambarawa, 40 tahun silam, romo yang akrab disapa Romo Benny EsJe ini sudah lama tertarik pada persoalan buruh sejak dia menempuh pendidikan S1 di STF Driyarkara.
Pada kesempatan ini romo Benny menyampaikan presentasi berjudul Spiritualitas Mata Terbuka.
Seperti hantu, seseorang yang sering disebut tapi tidak ada dalam struktur itulah keberadaaan romo Dijktra di Bina Swadaya, sama seperti Romo Jesuit Beek yang berada di CSIS. Ketertarikan romo Benny pada orang-orang yang bekerja seperti di Bina Swadaya ini. Lalu bagaimana bisa meneladani romo Dijkstra ini?
Romo Benny memberi ilustrasi antara kehidupan rohani dan duniawi. Bagaimana kita membagi waktu untuk Tuhan dan berinteraksi dengan manusia sesama. Saat ini ada sekitar 16000 seperti romo Dijkstra di dunia ini yang masih hidup. Tuhan hadir di dalam dunia, tidak hanya menunggu di surga. Spiritualitas kaum ini (SJ) adalah cara bertindak sehari-hari di dalam masyarakat bersama warga. Percuma kalau ngomong yang alim dan suci, yang muluk-muluk tetapi kamu menindas orang lain. Di contohkan mengupah dengan rendah, tidak memberi hari libur dll.
Dalam kehidupan sehari-hari ada 3 dimensi :
- Devosi religius : tentang agama, rupa2 doa dan meditasi, kebaktian, menajamkan batin untuk terbuka pada kehadiran ilahi,
- Intelektual: membedakan iman dan aspek rasional, memisahkan cara pandang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bukanlah untuk melawan agama. Romo Dijkstra percaya akal budi dan iman adalah ajaran seiring. Atas dasar iman untuk menajamkan ilmu pengetahuan. Intelektual menawarkan kedalaman iman.
- Kebertubuhan: segala bentuk keterlibatan secara fisik dan kasat mata dalam hiruk pikuk masyarakat, bagaimana bisa hadir dan ikut dalam gerakan masyarakat. Perubahan bisa terjadi kalau ikut berdarah-darah, berkeringat dan melakukan secara konkret bukan “gajahdiblangkoni”. Romo memberi contoh ‘click activism, yang tidak akan mengubah sesuatu karena hanya “like”
Spriritual Mata Terbuka, spiritual hidup sehari-hari yang dipakai romo Dijkstra. Ada 3 kunci spiritualitas : 1). Coba temukan dan apa cita2 mu yg paling dalam dalam hidup dan paling mendalam yang memberi kebahagiaan, 2. Setiap mengambil keputusan demi tercapainya, ingat2lah selalu cita-cita nomor satu 3. Selanjutnya kita harus memberi waktu untuk merawat cita-cita tersebut sehingga terus berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.
Orang jatuh cinta itu indah dan didominasi satu hal, begitu kita jatuh cinta, biarkan cinta itu menentukan segala sesuatu tentang kehidupan kita. Sama seperti romo Dijkstra yang jatuh cinta pada “membantu orang miskin”, maka orang yang berada di balik Bina Swadaya ini segala sesuatu dilakukan untuk rakyat miskin. (ea)