Sejak terpilih sebagai ketua Ikatan Petani Pancasila 5 Maret 1965, sudah 50 tahun perjalanan hidup Bambang Ismawan telah berjumpa dengan para sahabat yang memotivasi panggilan hidupnya. Pertemuan dengan para sahabat ini dikemas dalam acara “Persahabatan Yang Memberdayakan” di Wisma Wiladatika, Cibubur, Kamis (19/3).
Acara reuni para sahabat Bambang Ismawan dihadiri banyak tokoh yang mempunyai visi dan misi yang sama dalam pemberdayaan masyarakat. Bayu Krisnamurthi, Eka Budianta, Romo Magnis Suseno SJ, Prof. Paulus Wirutomo, Dr. Aries Mufti larut dalam sharing pengalaman dan belajar dari sosok Bambang Ismawan.
“Pemberdayaan akan bisa dilakukan jika ada persahabatan yang tulus”, ucap Bambang Ismawan. Bersama Bayu Krisnamurthi dan para sahabat lainnya, Bambang Ismawan merasakan persahabatan sebagai modal utama tidak hanya social capital tetapi passion capital. Keteguhan dan konsistensi Bambang pada ‘nilai-nilai’ pemberdayaan masyarakat diakui oleh budayawan Eka Budianta, “Pak Bambang Ismawan ibarat orang yang senang menyanyikan lagu berulang-ulang” ujarnya seraya tertawa. Kesetiaan inilah yang sebenarnya membangun persahabatan.
Pakar ekonomi syariah dan Ketua Asosiasi BMT Indonesia, Dr. Aries Mufti bahkan tak ragu mengangkat Bambang Ismawan sebagai “ikon” BMT. Hal itu dipertanyakan sejumlah sejawatnya, mengapa orang Katolik diangkat menjadi ikon BMT namun akhirnya diterima setelah menyebutnya dua alasan : pertama, Bambang melayani orang miskin dengan “Hati”. Berbeda dengan bank yang melayani masyarakat dengan hati-hati. Kedua, Bambang bukanlah pendusta agama. Baginya Bambang memenuhi sifat sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad, SAW, yaitu : Sidik, amanat, tabliq, fatonah, dan maslahat.
Bayu Krisnamurthi memberikan sejumlah kesimpulan, bahwa ada sejumlah alasan mengapa persahabatan itu memberdayakan : Pertama, persahabatan itu membukakan nilai. Kedua, membuka kesempatan. Ketiga, mengedepankan kejujuran. Keempat, memanfaatkan sinergi. Jadi tidak ada pemberdayaan tanpa persahabatan, bahwa selain model intelektual, fianansial, dan sosial, ada modal persahabatan (partnership equity atau friendship equity).
Ini sesuai dengan penegasan Romo Magnis Suseno SJ, bahwa pemberdayaan terjadi bukan semata-semata terjadi karena upaya mengangkat harkat orang miskin, namun persahabatanlah yang memberdayakan.
Sebagai Ketua Pengurus Bina Swadaya dan Budayawan, Paulus Wirutomo berharap ke depan banyak lahir ‘Bambang Ismawan’ baru. Namun dirinya merasa risau dengan fenomena bahwa banyak orang berkiprah atau melakukan sesuatu dalam hidup karena berawal dari “kecelakaan “, bukan karena komitmen atau menghayati nilai-nilai.
Menanggapi hal ini Bambang Ismawan menegaskan, bahwa “kebahagiaan itu terjadi karena niat semata dan bukan karena alasan akan sesuatu. Jadi kalau mau bahagia, bahagialah” ucapnya. Baginya hal itu terjadi, karena Bambang Ismawan menghayati pekerjaan sebagai “panggilan hidup”, sementara banyak orang menghayati pekerjaan semata-mata job untuk mendapatkan upah dan mengangkat karir.
Melihat keyakinan semakin tumbuhnya panggilan pemberdayaan diantara para sahabatnya, Rabu 25 Maret 2015 Bambang Ismawan akan berbicara tentang social development and friendship di Seoul. Kehadiran Bambang Ismawan bersama Pengurus Yayasan Bina Swadaya di Seoul sekaligus dalam rangka menerima penghargaan tingkat Asia dari TJ Park Foundation kepada Bina Swadaya di bidang philanthropy and community development. (Thomas/Sigit)