Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) mengubah standarisasi perhitungan warga miskin. Alhasil, ada cukup banyak warga yang masih di bawah garis kemiskinan.
“Saya ingin tahu justru siapa yang miskin, masalahnya apa? Buat apa kita bohongin diri kita sendiri, ngaku-ngaku kemiskinan di Jakarta hanya 3,5 persen. Lihat aja di jalanan, rumah-rumah, kan enggak masuk akal. Lihat aja dari waktu BPJS kesehatan, dari KJP (Kartu Jakarta Pintar). Saya perkirakan bisa 40 persen orang Jakarta itu di bawah miskin,” kata Basuki di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (28/1/2015).
Menurut Ahok, selama ini perhitungan orang miskin di ibu Kota berdasarkan kebutuhan 2500 kalori per hari. Kalau dikonversi dalam bentuk penghasilan, angka itu setara Rp459 ribu per bulan. Ia pun mengkritisi hitung-hitungan ini.
“Masa orang punya penghasilan Rp500 ribu sudah dianggap di atas garis kemiskinan. Enggak masuk akal kan? Di Jakarta lho,” ujar Basuki di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (28/1/2015).
Untuk itu, Ahok akan mengganti standar penghitungan tingkat kemiskinan dengan standar Kebutuhan Hidup Cukup (KHC). Penghitungan ini akan merujuk pada besaran Upah Minimum Provinsi (UMP).
“Standarnya sama dengan KHL (Kebutuhan Hidup Layak). Makanya begitu digunakan Rp2,4-Rp2,5 juta ?per bulan, pasti orang miskinnya langsung meloncat,” jelasnya.
http://news.metrotvnews.com/read/2015/01/29/351283/8203-ahok-40-persen-orang-jakarta-miskin