Perhatian tehadap usaha pelestarian dan pemeliharaan proyek pembangunan PNPM Mandiri Perdesaan dianggap signifikan, apalagi bila proyek pembangunan berada di daerah ekstrem dan terisolir seperti di Negeri Ahiolo Abio, Kabupaten Seram Bagian Barat. Walaupun letaknya terisolir di perbukitan dan kondisi transportasi jalannya masih buruk di kala hujan, ditambah hambatan sungai yang lebar, hasil pembangunan PNPM Mandiri Perdesaan nyatanya masih terpelihara dengan baik.
Dusun Ahiolo terletak di kaki gunung Abio, sementara dusun Abio letaknya lebih masuk ke pedalaman, berada di lereng gunung Abio dengan jarak kurang lebih antara kedua dusun itu 32 km. Perjalanan ke kedua dusun ini melewati kali dengan bentangan selebar 20 meter. Namun bila di musim hujan, kali meluap dan bentangannya semakin lebar sehingga menyebabkan akses jalan terputus.
Jarak antara dusun Ahiolo ke kota kecamatan kurang lebih 25 km, sementara jarak dusun dusun Abio ke kota kecamatan sekitar 52 Km. Bila musim kemarau, kedua wilayah tersebut masih bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua atau berjalan kaki melewati kondisi jalan yang rusak berat akibat luapan banjir di musim hujan. Bila musim hujan tiba, kondisi jalan sangat sulit dilalui kendaraan dan terpaksa harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Negeri Ahiolo Abio terdiri atas dua dusun Ahiolo yang memiliki 412 jiwa penduduk dengan jumlah 80 Kepala Keluarga (KK) dengan komposisi penduduk, pria 202 jiwa dan perempuan 210 jiwa. Sementara dusun Abio memiliki jumlah penduduk 560 jiwa terdiri atas 92 KK yang terbagi 315 jiwa pria dan 345 jiwa perempuan. Kategori Kepala keluarga Kedua dusun itu temasuk rumah tangga miskin (RTM). Untuk itulah peran PNPM Mandiri Perdesaan terasa signifikan di Negeri Ahiolo Abio.
Negeri sebagai desa adat
Pulau seram disebut juga nusa ina atau pulau ibu di kepulauan Maluku. Orang Seram percaya nenek moyang mereka dulunya melalui sungai pergi menyebar ke luar dari pedalaman dan selanjutnya menetap ke berbagai pulau di sekitarnya. Mereka bermigrasi melalui pusat sungai Nunusaku di pedalaman yang terbelah menjadi tiga anak sungai, yaitu sungai Eti, sungai Sapalawa dan sungai Tala yang mengalir melalui hutan rimba dan terus bermuara ke laut. Anak sungai Tala mengalir melalui desa Ahiolo Abio. Bila hujan turun dengan deras di pedalaman, maka sungai Tala yang semula tidak dalam dan berair jernih itu, dalam sekejap berubah menjadi sungai yang besar dan deras. Kondisi ini menyulitkan masyarakat untuk menyebranginya dan menyebabkan wilayahnya masuk kategori ekstrem.
Makanan pokok di pedalaman pulau Seram adalah sagu yang diolah menjadi papeda, ditambah umbi-umbian dan daging yang didapatkan dari hasil berburu atau mencari ikan di sungai. Bagi masyarakat asli di pulau Seram, peranan dan tata-cara adat masih ditemui dan berjalan. Mereka menyebutnya negeri sebagai pengganti nama desa yang menerapkan bahasa lokal dan tata-cara adat. Pemimpinnya disebut Bapa Raja yang dipilih secara adat dan turun-menurun yang dalam struktur adat terdiri berapa soa (marga). Pakaian adat masih ditemui dan digunakan dalam ritual adat, seperti berang (ikat kepala), solawaku (perisai), tombak, panah dan parang. Batas-batas wilayah adat sering dianggap sensitif dan menjadi persoalan yang di masa lalu sehingga dapat mendorong terjadinya pertikaian antar suku. Untuk itu fungsi Kewang, atau polisi adat sebagai penjaga wilayah dianggap penting untuk menjaga batas-batas kewilayahan masing-masing desa adat.
Salah satu bantuan pemerintah lewat PNPM Mandiri Perdesaan bagi Ibu-ibu masyarakat miskin di Dusun Ahiolo adalah peningkatan taraf ekonomi keluarga dalam bentuk Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP). Kegiatan ini dirasakan manfaatnya sejak tahun 2012, sejak mereka mulai berpartisipasi dalam simpan pinjam khusus perempuan (SPKP) dimana dalam prosentase pengembaliannya belum ditemui adanya tunggakan sampai dengan saat ini. Dana simpan pinjam ini kebanyakan digunakan untuk mengembangkan usaha kios, hasil kebun, dan aneka usaha lainnya. Dari Tahun 2012 sampai dengan 2013 tercatat 7 kelompok yang masih aktif dan rencananya akan dilakukan pemekaran lagi
Pelestarian dan Pemeliharaan Bangunan
Sudah bertahun-tahun masyarakat di desa Ahiolo Abio mengharapkan dusunnya mendapat aliran listrik, tetapi karena berbagai hal, aliran listrik dari PLN belum juga terealisasi. Oleh sebab itu masyarakat bersepakat untuk mengusulkan pembangunan sarana pembangkit listrik berupa instalasi genset. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan inilah masyarakat percaya bahwa mimpi-mimpi mereka akan listrik segera terwujud.
“Padahal untuk mengangkut material bangunan dan genset ke dusun Ahiolo di desa Ahiolo Abio yang sarana jalannya buruk, berlubang dan becek dikala hujan tidaklah mudah. Hanya berkat besarnya partisipasi masyarakat pembangunan genset listrik dapat berjalan dengan baik”, kata Roy Sitaniapessy, pendamping lokal (PL) kecamatan Elpaputih yang menemani Unit KIE NMC bersama Dety, Fasilitator Teknik Kecamatan Elpaputih yang baru menempati wilayah relokasinya.
Untuk mencapai desa Ahiolo Abio digunakan motor, melalui jalan tanah yang becek akibat hujan dan di berapa tempat terlihat bekas longsor menganga di dekat bahu jalan. Mendekati desa, tampak sungai Tala yang cukup lebar menghadang. Walau airnya tidak terlalu dalam, namun dibutuhkan jasa rakit untuk menyebrangkan orang dan motor melewati sungai Tala dengan ongkos 25 ribu rupiah sekali melintas perorang dan kendaraan. Jasa melintasi sungai dengan rakit ini akan berkali lipat di saat sungai Tala meluap menjadi sungai yang lebar dan deras arusnya.
“Dapat dibayangkan bagaimana sulitnya masyarakat saat membawa berbagai material dan peralatan genset ke desa Ahiolo Abio”, sahut Roy yang juga ikut berpatisipasi mengangkut genset tersebut.
Perjalanan ke desa Ahiolo Abio di daerah ekstrem dilakukan untuk melihat sudah berjalannya paket transparansi seperti papan proyek dan penggunaan plakat prasasti. Selain itu juga untuk mengidentifikasikan berjalannya usaha revitalisasi papan informasi di wilayah ekstrem dan pemeliharaan bangunan proyek PNPM Mandiri Perdesaan. Dalam perjalanan itu diharapkan dapat diketahui dinamika kegiatan Fasilitator dan pelaku program dalam menjalankan tugasnya di wilayah ekstrem.
“Daerah itu sangat sulit dikunjungi, terutama di musim hujan seperti sekarang. Saat saya berkunjung ke sana, Genset listriknya sudah mati”, kata Onisumus Tuhenay, Camat Elpaputih saat kami berkunjung ke kantor camat sebelum melanjutkan perjalanan ke desa.
Melalui dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri Perdesaan, Desa Ahiolo Abio pada tahun 2010 mengusulkan jalan rabat beton dengan volume 950 meter dengan realisasi terpasang 1200 meter yang menghabiskan biaya sebesar Rp. 281.588.500. Dengan adanya jalan rabat beton di dusun mereka, selain akses jalan menjadi lebih baik, juga memperindah lingkungan perumahan di perdusunan. Setelah itu pada tahun 2011 diusulkan pengadaan pakaian SD secara lengkap untuk 192 siswa dengan alokasi biaya Rp. 169.011.000. Hal ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan pelajar terhadap seragam sekolah dan usaha mendorong semangat siswa di perdesaan untuk bersekolah.
Sementara usulan pembuatan instalasi listrik dengan volume 80 rmh dengan tenaga 2 unit genset 10 kwh pada tahun 2012 berjalan dengan baik dan menghabiskan biaya sebesar Rp. 245.559.550 yang berasal dari usulan Musyawarah Desa Khusus Perempuan dan merupakan usulan yang sangat mendesak karena dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat ke arah yang lebih baik dan maju.
Saat dikunjungi, Dusun Ahiolo tampak tenang dan asri karena sudah dilengkapi oleh jalan rabat beton. Masyarakat tidak perlu berbecek-becek lagi dan dan lebih memperhatikan kebersihan lingkungan dan pentingnya sanitasi. Sepanjang jalan rabat beton berderet tiang listrik yang mengalirkan listrik ke rumah-rumah penduduk. Tak jauh dari sana terlihat plakat prasasti PNPM Mandiri Perdesaan sebagai monumen pembangunan. Sayangnya papan informasi yang di letakan di muka desa masih belum terkelola dengan baik.
“Mohon dimaklumi pak, kami berada di wilayah ekstrem sehingga jadi kesulitan untuk mendapatkan informasi untuk memperbaharui papan informasi”, kilah Sandi Latekai, Sekertaris Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) saat ditemui di dusun Ahiolo. Setelah mendapat penjelasan mengenai pengelolaan papan informasi, perempuan itu mengajak kami mengunjungi gardu listrik, tempat kedua mesin genset pembangkit listrik diletakan.
Gardu pun mulai dibuka, maka terlihatlah dua mesin genset yang tampak baru dan bersih karena terawat. Tak lama datanglah Ais Mesenai dan Adre Warlaka, warga dusun yang bertugas memelihara dan menjalankan opersional mesin genset. Dengan cekatan keduanya menghidupkan mesin. Genset pun mulai menyala dan suaranya masih halus terdengar. Sebentar saja lampu listrik sudah menyala.
“Tidak benar kalau genset ini rusak. Bapak lihat sendirikan, lampu listrik sudah menyala di dusun ini”, kata Sandi Latekai membantah keterangan Onisimus Tahunay, Camat Elpaputih.
Menurut Andre Warlaka, dibutuhkan sedikitnya 450 liter solar setiap bulannya untuk menjalankan mesin genset sejak pukul 7 malam hingga pukul 7 pagi. Untuk itulah setiap kepala keluarga diminta menyumbang 5 liter dan biaya pemeliharaan Rp. 10.000 per bulan.
“Sejak mesin ini ada, sampai sekarang belum pernah ditemui kerusakan”, jelas Andre Warlaka terdengar bangga. Menurutnya warga dusun sangat terbantu dengan adanya listrik, seperti digunakan untuk menjahit, menonton tivi atau menjajakan makanan di warung. Dusun menjadi terang di kala malam sehingga membuat masyarakat tidak merasa seperti tinggal di daerah pedalaman.
Terkait dengan pemeliharaan mesin yang pada waktunya akan rusak dimakan usia, Sandi Latekei, Sekertaris UPK mengakui, perlunya diusulkan iuran dari warga dusun untuk mengumpulkan dana yang nantinya digunakan untuk membeli mesin yang baru, pengganti mesin yang lama bila rusak dimakan usia yang tentunya pengelolaan asset desa tersebut perlu diperkuat dengan Peraturan Desa (Perdes).
“Kami percaya, dengan adanya pemeliharaan dan perawatan yang baik maka diharapkan usia mesin genset akan semakin panjang”, imbuh Sandi Latekai menutup pembicaraan. (mia/kie)
Sumber : http://www.pnpm-perdesaan.or.id/?page=news&topic=Pembangunan&id=278