PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) diketahui sudah melarang para petani Banten membawa hasil pertanian ke gerbong kereta. Hal itu mendapat kritik dari anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Partai Hanura, yang menilai tindakan BUMN transportasi itu wujud ketidakpedulian kepada masyarakat.
Wakil Ketua Komisi 6 DPR, Erik Satrya Wardhana menyatakan pihaknya meminta manajemen PT KAI mencabut larangan itu karena merugikan petani.
“PT KAI tidak peka terhadap para petani. Di saat kondisi ekonomi penuh tekanan, BUMN ini malah membuat aturan yang membatasi petani mendapat penghasilan,” kata Erik di Jakarta, Senin (3/2).
Dia menjelaskan, pada dasarnya PT KAI merupakan operator moda transportasi bagi masyarakat luas. Dengan semangat pelayanan publik, selain mengejar keuntungan operasional, PT KAI harusnya tak melupakan kewajiban kepada publik.
Padahal, bagi Hanura, ada berbagai solusi yang bisa diambil KAI untuk tetap beroperasi sekaligus tak melarang petani menggunakan layanan mereka.
Erik mengatakan pihaknya memiliki setidaknya tiga pilihan bagi KAI. Yakni memberlakukan biaya tiket tambahan yang terjangkau untuk petani, atau menentukan batasan volume dan berat angkutan. Dan ketiga, menyediakan gerbong tambahan khusus untuk hasil pertanian dengan tarif khusus.
“Saya yakin, jika memang PT KAI masih memiliki semangat pelayanan, mereka akan terbuka dan peduli pada masyarakat petani. Apalagi, beberapa alternatif solusi tadi tidak merugikan PT KAI karena win-win solution,” lanjut dia.
Erik juga menyarankan, aturan yang bersinggungan dengan hajat hidup orang banyak, sebaiknya dirumuskan dengan terlebih dulu membuka komunikasi dengan kelompok masyarakat bersangkutan. Sebab dalam banyak hal, dialog membuka sikap saling pengertian dan mengakomodasi kepentingan masyarakat luas.
Sebelumnya, para petani di Kabupaten Lebak, Banten, diberitakan mengeluhkan kebijakan PT KAI yang melarang petani mengangkut hasil bumi mereka ke atas gerbong. Mereka terutama memasarkan hasil bumi ke Jakarta dan sekitarnya.
Lebak merupakan sentra produsen hasil pertanian seperti sayuran, pisang, dan singkong. Bahkan, singkong menjadi produk andalan Lebak untuk kemudian dipasarkan ke Jabodetabek menggunakan kereta dan lantas diolah oleh industri makanan rumahan.