Oleh Prof. Dr. Haryono Suyono
AKHIR tahun lalu pengurus pusat IPeKB, Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana yang dipimpin oleh Drs. Didik Trimarsono, MM beserta para anggota pengurus lainnya, mengadakan silaturahmi kepada Yayasan Damandiri yang selama ini memberikan dukungan atas perjuangan mereka menjadi petugas lapangan yang bermutu. Mereka, sekali lagi mengeluhkan bahwa upaya pemerintah untuk menambah jumlah petugas lapangan Kependudukan dan KB, PLKB, yang di masa lalu bisa satu petugas untuk satu atau dua desa, belum berhasil. Alhasil, setiap petugas lapangan dewasa ini harus mempertanggung jawabkan gerakan KKB yang makin merosot menjadi satu petugas untuk empat atau lima desa.
Tanggung jawab ini dirasakan sangat berat sehingga mereka merasaprihatin bahwa upaya untuk mendongkrak kembali keemasan gerakan KB di masa lalu hanya akan manis pada tataran teori tetapi prakteknya di lapangan sukar diwujudkan. Lebih-lebih lagi mengingat bahwa pasangan
usia subur yang sudah ber-KB sudah mencapai tingkatan yang cukup tinggi, rata-rata lebih dari 60 persen secara nasional. Ini berarti bahwa untuk beberapa kabupaten, kecamatan dan desa, pasti banyak yang kesertaan KB-nya melebihi angka tersebut. Hal ini pasti menjadikan upaya mengajak
ber-KB dengan menggunakan kontrasepsi menjadi jauh lebih sulit.
Menanggapi “keluhan” tersebut, Ketua Damandiri yang sudah pernah menjadi Kepala BKKBN selama lebih dari 16 tahun hanya tersenyum dan memberikan beberapa resep untuk menyelesaikan masalah tanpa harus menunggu komitmen pemerintah untuk menambah jumlah PLKB pemerintah dengan pendekatan yang lebih kreatif yaitu menjadikan program KB sebagai gerakan nasional yang
gegap gempita.
Program KB, seperti halnya UU nomor 10 atau UU no 52tahun 2009 tidak ditawarkan semata-mata sebagai upaya menurunkan tingkat kelahiran dengan penggunaan kontrasepsi, tetapi sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan pengertian semua kalangan bahwa upaya menurunkan kelahiran itu adalah kombinasi dari upaya meningkatkan usia perkawinan, usia mempunyai anak pertama, jarak antar kelahiran yang satu dengan lainnya, pendidikan yang lebih tinggi, memberikan peran perempuan yang lebih terhormat dan mengajak mereka menempuh pendidikan yang lebih baik serta mengikuti berbagai kursus ketrampilan, mendorong kaum perempuan bekerja atau terjun ke dalam bidang sosial ekonomi secara aktif, dan memberikan penerangan dan pelayanan kontrasepsi yang mudah dan murah.
Lebih dari itu gerakan KKB harus mengajak sebanyak mungkin sukarelawan untuk bekerja sama secara terpadu dengan jajaran pemerintah sehingga tidak ada lubang yang memungkinkan keluarga muda melepas diri dari informasi yang datang dari semua simpatisan program dan gerakan KKB yang bersifat komprehensif. Sifat komprehensif adalah penawaran ber-KB dengan mengadopsi semua sasaran MDGs atau unsur-unsur pokok untuk meningkatkan pencapaian HDI atau IPK di setiap daerah.
Visi itu harus diikuti dengan komitmen yang tinggi dalam pengembangan jaringan dengan pendekatan sederhana yang dapat dirangsang oleh organisasi para PLKB, yaitu IPeKB, dengan merangsang pengembangan jaringan penyuluh dan pelayanan masyarakat yang fleksibel dan kredibel.LKB perlu mangajak para pemuda dan pasangan usia subur muda untuk mau dan mampu menjadi sukarelawan yang bekerja dalam organisasi masyarakat seperti Posdaya mengulurkan tangannya secara sukarela mendidik rakyat mengoptimalkan peningkatan delapan fungsi keluarga secara terpadu yang sekaligus menyelesaikan target MDGs.
Ajakan anak muda menjadi relawan PLKB dilakukan dengan secara resmi mengubah PLKB bukan hanya sebagai Petugas Lapangan KB, tetapi PLKB adalah Petugas Lapangan Kegiatan Bersama di masyarakat luas sehingga mereka yang melayani bidang kesehatan, pendidikan, wirausaha dan
lingkungan diajak menjadi anggota IPeKB yang diperluas tersebut. Ajakan itu akan menambah anggota IPeKB secara luas tanpa harus menjadikan mereka pegawai BKKBN atau pegawai pemerintah secara struktural. Dalam upaya perluasan jangkauan itu dapat pula diajak para relawan kaum ulama, pemuda dan anggota relawan bidang lain yang terkait delapan fungsi keluarga atau bahkan dikerahkan jutaan pasangan usia subur yang selama bertahun-tahun telah menjadi peserta KB aktif di masyarakat.
IPeKB menjadi organisasi terbuka yang menampung semua orang yang secara sukarela bekerja tanpa pamrih di tingkat pedesaan untuk mensukseskan gerakan pembangunan MDGs yang sangat luas dan menjangkau seluruh pedesaan di Indonesia. Organisasi seperti itu akan mempunyai wujud yang sangat solid untuk menjadi pelaksana dari gerakan pembangunan kesehatan, pendidikan, ekonomi kerakyatan dan pengembangan lingkungan hidup yang semuanya dapat didukung oleh SKPD yang ada di setiap Kabupaten/Kota dan jaringan luas oleh Kementerian dan Lembaga-lembaga pemerintah lainnya.
Organisasi yang inti anggotanya adalah PLKB sebagai organ resmi BKKBN di daerah akan menjadi organisasi masyarakat yang kuat dan beroperasi secara operasional dalam tatanan implementasi kebijakan pemerintah dalam menyelesaikan target-target MDGs termasuk dan terutama bidang kesehatan dan KB, pendidikan, wirausaha mikro dan lingkungan hidup yang merupakan sasaran MDGs yang akhir-akhir ini diragunakan kesuksesannya karena alasan komitmen, jaringan dan partisipasi masyarakat yang relatif rendah. Dukungan IPeKB dalam keanggotaan yang terbuka dan luas Insya Allah bisa mendongkrak kelesuan yang ada. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Damandiri, www.haryono.com).
Sumber: http://www.harianterbit.com/2014/01/13/mempersiapkan-relawan-lapangan/