Di saat banyak pekebun hidroponik berguguran, Jimmy Halim malah membuka kebun hidroponik seluas 4.000 m2.
Pilihannya berkebun sayuran secara hidroponik membingungkan banyak orang. Bahkan ayahnya bertanya, “Buat apa sih menanam sayuran segala?” Pertanyaan bernada mencibir pun datang bertubi-tubi. Harap mafhum, latar belakang pendidikan Jimmy sangat jauh dari dunia tanam-menanam. Ia sarjana komputer lulusan salah satu perguruan tinggi di Amerika Serikat. Penghasilan Jimmy dari pabrik bingkai foto yang sukses menembus pasar ekspor juga lebih dari cukup.
Apalagi untuk memulai budidaya sayuran hidroponik butuh biaya investasi sangat mahal. “Untuk membuat rumah tanam saja saya habis ratusan juta rupiah,” kata Jimmy. Namun, berbagai rintangan itu tak menyurutkan langkah Jimmy untuk memproduksi sayuran hidroponik. Ia termotivasi setelah melihat tayangan televisi dalam pesawat menuju Amerika Serikat yang menyebut budidaya hidroponik membantu mengurangi pemanasan global.
Powered by WPeMatico