Anggota Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) akan mengembangkan Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (Busmetik) sebagaimana yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Serang, Banten. Dalam tahap awal yang akan menjadi percontohan di daerah lain adalah Kabupaten Pacitan.
Menurut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Kabupaten Pacitan saat ini sedang mengembangkan Budidaya Udang Skala Mini seperti yang dilakukan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Serang, Banten. Jika hal ini berhasil akan ditularkan kepada daerah lain yang mempunyai potensi budidaya udang.
“Nantinya anggota Posdaya bisa menciptakan inovasi bibit unggul udang yang baru dengan tahan terhadap penyakit dan cepat panen. Untuk itu, nantinya akan bekerjasama dengan perguruan tinggi dalam menembukan bibit udang unggul,” kata Haryono saat menghadiri kunjungan kerja Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo, di Serang, Banten, kemarin.
Menteri melakukan panen udang tambak inovasi pendidikan serta mengadakan temu wicara dengan pelaku utama kelautan dan perikanan didampingi penyuluh perikanan di Kampus Pantai Serang-Sekolah Tinggi Perikanan (STP), Serang Banten.
Budidaya udang itu terus ditingkatkan kaulitasnya sehingga bisa memberikan penghasilan dan menciptakan lapangan kerja atau wirausaha baru. Tentu saja semuanya mengacu kepada ekonomi biru.
“Ekonomi biru ini akan mnejaga kelestarian alam dan tidak menciptakan limbah. Semuanya ditata dengan baik dan semua bisa diolah kembali,” tambah Haryono.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Tjitjip Sutardjo, dengan adanya pengembangan Busmetik melalu Posdaya, Prof. Dr. Haryono Suyono bisa menjadi cukongnya. Melalui Yayasannya, Haryono Suyono bisa memberikan modal awal bagi pengembangan Busmetik.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Tjitjip Sutardjo, pihaknya mengembangkan teknologi Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik atau Busmetik dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi produk hasil perikanan tersebut yang makin diminati pasar lokal dan internasional. “Mengingat teknologi ini mampu meningkatkan produktivitas udang maka kita akan terus mengembangkan yang diharapkan tidak saja dilakukan pemerintah tapi juga pengusaha swasta,” kata Sharif Tjitjip Sutardjo.
Dikatakan, Busmitek menggunakan lahan lebih kecil yaitu hanya satu petak seluas 600 meter persegi dengan produksi bisa mencapai 2,2 ton. Kalau budi daya udang konvensional menggunakan tambak seluas 0,5-1 hektare.
Dengan teknologi Busmitek ini maka akan lebih efisien pemberian pakan dan masa panen lebih singkat yaitu tiga siklus per tahun dengan hasil lebih banyak dan berkualitas. Melihat tambak dengan teknologi Busmitek sangat berhasil, menteri berharap agar perlu diperluas pengembangannya tidak adanya di Kementerian Kelautan dan Perikanan, tapi juga ke masyarakat lain dengan pelaksanaan bersinergi dengan unit kerja teknis.
Teknologi Busmetik, katanya, sebenarnya juga sudah dikembangkan di sejumlah daerah seperti Aceh, Lampung, dan Jawa Timur. “Tapi akan terus kita kembangkan di daerah lain,” katanya.
Sumber: http://www.harianterbit.com/2013/12/07/posdaya-kembangkan-busmetik/