Oleh Prof. Dr. Haryono Suyono
DUA hari sebelum peringatan Hari Pahlawan yang lalu, rakyat desa Sidomulyo bersama Kepala Desa, Camat Ngadirojo, dan punggawa lainnya tumpek bleg di arena Saung Lapang, Posdaya Mulyosari, di sekitar Tambak Udang Busmetik, untuk memberi semangat kepada sekitar 30 kader pengelola tambak yang mendapat latihan pendalaman tentang pemeliharaan tambak udang sistem Busmetik yang untuk pertama kali penebaran benurnya dilakukan oleh Presiden SBY, Ibu Negara, Gubernur Jatim dan Bupati Pacitan.
Tambak udang yang setiap empangnya berukuran sekitar 600m persegi , dengan empat empang menjadi 2400m persegi itu merupakan replika dari model yang dikembangkan oleh Dr. Ir. Tubagus Haeru Rahayu, MSc dari Sekolah Tinggi Perikanan di Serang. Replika itu dikembangkan dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Pacitan dan Yayasan Damandiri untuk rakyat di Sidomulyo.
Tambak ini menjadi unik karena pengembangan di luar Perguruan Tinggi langsung dikelola bukan oleh lulusan sekolah perikanan, tetapi oleh rakyat biasa yang diberdayakan melalui pelatihan praktek oleh dosen dan dengan pendampingan lulusan selama masa awalnya. Di kemudian hari tambak ini akan dilepas kepada kader-kader rakyat biasa di lapangan dengan pelatihan yang intensif dan yang sepakat menyatu dengan tambak sederhana berlapiskan plastik dan diisi benur yang melimpah.
Tambak ini juga unik karena merupakan awal dari gagasan suatu sekolah tinggi perikanan yang biasanya dikelola oleh dosen dan mahasiswa yang diasramakan dengan disiplin tinggi sehingga proses pemeliharaan dari model aslinya bersifat ketat dan padat tenaga ahli. Percobaan ini merupakan awal dari upaya untuk mengembangkan secara berani inovasi kearah aplikasi yang luas dengan promis demi kesejahteraan masyarakat banyak.
Apabila upaya ini berhasil, maka pemerintah dengan komitmen dan dukungan modal yang lebih besar bisa mengulang aplikasi ini dengan memberi kepercayaan kepada rakyat miskin di pedesaan mengelola industri perikanan dengan modal yang memadai. Sesuai prinsip ekonomi biru, upaya itu mempergunakan tehnologi sederhana, pelatihan dan pendampingan, rakyat menjadi tuan rumah di ladang sendiri di pinggir pantai yang biasanya tidak banyak diambil manfaatnya.
Keunikan ini mulai nampak di desa Sidomulyo sehingga Bupati Pacitan, Drs. Indartato, MM, bersama Yayasan Damandiri, siap memberi dukungan kepada Kepala Desa dan masyarakatnya mengembangkan Badan Usaha Milik Desa untuk selanjutnya mengelola tambak secara mandiri. Dalam waktu 25 hari setelah penebaran benur oleh Presiden SBY, masyarakat dan kader yang mengikuti kursus pemeliharaan tambak, nampak sumringah dan bersemangat tinggi.
Pada waktu kunjungan Bupati dan Ketua Yayasan Damandiri melihat perkembangan besaran udang merasa kagum karena udang tumbuh denan baik. Rakyat pengelola mengambil contoh dari tambak dan ternyata benur sudah menjadi udang yang segar dan cukup besar-besar dengan prospek yang membesarkan hati. Setelah dilihat dan dianjurkan agar dikembalikan ke tambak, kader yang terlatih langsung melarangnya.
Suatu pertanda yang sangat bijaksana karena beberapa udang yang diciduk itu tidak boleh lagi dikembalikan karena sudah dipegang-pegang dan bisa jadi terkontaminasi virus yang bisa merusak kualitas udang dalam tambak. Suatu kehati-hatian yang sudah mulai tertanam dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku kader yang patut mendapat pujian.
Pelatihan kader yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Perikanan dan Pusat Pengolahan Ikan dari Banyuwangi dan Sidoarjo dan dengan para dosen dari Sekolah Tinggi Perikanan di Serang itu sekaligus langsung melakukan supervisi terhadap pemeliharaan selama 25 hari yang pertama. Dari
evaluasi awal disimpulkan bahwa para kader di lapangan mampu melakukan pemeliharaan dengan disiplin tinggi.
Oleh karena itu Bupati dan Yayasan Damandiri mengharapkan agar para anggota Posdaya serta Kepala Desa yang bertanggung jawab mengadakan usaha diversifikasi agar pada saat panen
udang nanti dapat ditonjolkan kearifan lokal dan produk-produk ikutan yang bisa mendampingi produk udang yang dihasilkan.
Diminta perhatian agar setelah panen pertama segera diikuti dengan penaburan benur untuk angkatan kedua dan seterusnya sehingga produksi udang dari tambak ini bisa berlangsung berkelanjutan dan membawa berkah untuk desa yang tadinya terpencil jauh di pegunungan itu. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Damandiri)
Sumber: http://www.harianterbit.com/2013/12/07/meninjau-industri-udang-rakyat/