Oleh Prof. Dr. Haryono Suyono
SEKITAR 1000 lebih PLKB dan Pimpinan Lembaga dan Organisasi Masyarakat tingkat Desa yang sehari-hari bergumul dengan program Kependudukan dan KB serta pembangunan Keluarga dari seluruh Indonesia, awal bulan ini berkumpul di Jakarta untuk mengadakan Jambore Nasional, dengan tujuan bertukar pengalaman dalam mengolah program yang selama lebih sepuluh tahun ini terpuruk. Mereka bertekad dan menimba kebersamaan untuk
membangkitkan kembali program idaman tersebut.
Para kader merasa bahwa pimpinan daerah dan jajarannya kurang memberikan perhatian. Para kader ingin menggugah kembali perhatian itu karena dirasakan adanya tekanan yang makin mengkawatirkan. Pertemuan yang dibuka oleh Kepala BKKBN itu meyakinkan bahwa di kalangan lembaga yang dipimpin merasakan keluhan para kader karena ternyata hasil Sensus Penduduk dan berbagai Survey sukar diperdebatkan lagi. Tingkat fertilitas meningkat kembali, atau setidaknya stagnan dan tidak menurun seperti yang dikehendaki.
Prof. Dr. Haryono Suyono, selaku sesepuh program, yang selama seputuh tahun ini sering memperingatkan, dan gigih menyatakan bahwa ledakan penduduk dewasa ini jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan ledakan penduduk di tahun 1960-1970-an, menghendaki Program KB harus dikelola dengan cara baru untuk berhasil. Pada waktu kepemimpinannya, jumlah penduduk masih sekitar 120 juta, ledakannya terjadi pada penduduk dibawah usia 15 tahun, utamanya bayi dibawah 5 tahun.
Pada waktu ini jumlah penduduknya sudah lebih dari 250 juta, bukan 230 juta, dan ledakannya terjadi pada tiga kelompok umur yang makin membengkak. Pada kelompok dibawah umur 15 tahun, jumlahnya melewati angka 70 juta. Pada kelompok umur 15 – 60 tahun jumlahnya sudah melewati angka 175 juta jiwa. Pada kelompok umur diatas 60 tahun, yang pada tahun 1970-an baru 2 juta jiwa, sudah membengkak menjadi 20 juta jiwa lebih dan akan bertahan dalam usia lanjut untuk masa yang lebih panjang.
Penduduk yang jumlahnya lebih dari 250 juta itu lebih separonya tinggal dan mempunyai sifat perkotaan, dimana laki perempuan memerlukan lapangan kerja modern dan tidak hanya dalam bidang pertanian yang sederhana. Pola hidupnya jauh lebih luas dan mahal dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan masa lalu. Penduduk lanjut usia juga jauh lebih mahal perawatannya untuk masa yang lebih lama dengan jumlah lebih sepuluh kali lipat dibanding masa lalu.
Ledakan penduduk ini memerlukan penggarapan jauh lebih kompleks dibandingkan dengan garapan KB di masa lalu. Oleh karenanya para kader pedesaan yang berkumpul diajak bekerja lebih keras tidak saja membawa alat kontrasepsi, tetapi ketrampilan untuk mengantar penduduk yang biasanya hanya belajar ketrampilan dari kakek neneknya karena hanya bekerja di ladang, sekarang harus bisa mengubah segala sesuatu yang tersedia di sekitarnya menjadi produk yang laku jual untuk membangun keluarga sejahtera yang mandiri.
Oleh karena itu seluruh peserta diajak membawa berita tentang ledakan penduduk yang lebih dahsyat ini ke desanya masing-masing guna menggalang persatuan dan kesatuan dalam pengembangan Pos-pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Keluarga desa harus bersatu saling berbagi, saling tolong menolong untuk hidup sehat, menyekolahkan semua anak-anaknya, memberikan ketrampilan yang memadai agar bisa mengolah bahan baku yang tersedia di
desa menjadi produk laku jual dan menguntungkan.
Para kader perlu segera mengajak semua keluarga bekerja dan menghasilkan sesuatu untuk hidup bahagia dan sejahtera. Keluarga desa perlu mengubah sekitarnya menjadi lingkungan yang menguntungkan, membuat setiap halaman rumah menjadi kebun bergizi yang bisa menambah asupan untuk hidup yang lebih sehat dan damai. Dengan suara gegap gempita ajakan itu disambut dengan baik karena tantangan yang ada sangat dirasakan dan mendesak untuk diatasi.
Para kader melihat bahwa tantangan nasional yang didengar sebenarnya terasa desakannya di desa tetapi tidak disadari karena persoalannya seakan terlupakan. Mereka bertekad membangun keluarga sejahtera yang mandiri dan dinamis. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Damandiri)
Sumber:http://www.harianterbit.com/2013/11/22/ledakan-lebih-dahsyat/