Tambak Udang Sidomulyo di Pacitan hasil belajar di Serang, Banten, diharapkan akan dapat memberantas kemiskinan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Karena itu, diharapkan lebih bagus dari induknya yang berada di Serang, Banten. Tambak udang yang digagas Bupati Pacitan, Indarto, ini merupakan tambak percontohan pertama di Pulau Jawa. Sebab, ada yang di Aceh, di Kalimantan dan ada di tempat lain.
Demikian Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono ketika meninjau Tambak Udang di Desa Sidomulyo, Pacitan yang belum lama ini ditebari benur udang oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Haryono mengakui, tambak udang di Pacitan ini risikonya besar. Karena itu, masyarakat Pacitan khususnya warga Desa Sidomulyo, dapat menjaga tambak dengan baik. Karena dari sekarang sampai 100 hari yang akan datang tambak ini makin hari makin membuat ngiler karena udangnya bertambah besar.
“Tambak ini bukan miliknya pak bupati, bukan miliknya pak camat, bukan milik pak kades, tetapi milik warga Sidomulyo. Di tambak ini setiap udang yang membesar membawa nama Sidomulyo. Bagi petugas yang memberikan makanan udang dituntut harus betul-betul siap selama 24 jam. Udang adalah makhluk yang bernyawa dan lebih Pancasilais dari pada kita yang mengaku Pancasilais,” ujar Haryono bergurau.
Udang, lanjutnya, kalau makan tidak mau rebutan, dari pada rebutan lebih baik tidak makan lalu mati. Karena itu, kalau memberi makan udang harus merata supaya tidak mati. Orang Pancasilais tidak bersaing, tetapi sama-sama, namun harus ada yang mengatur seperti lurah, camat dan bupatinya.
Menurut Haryono, udang sangat sensitif sehingga kita harus berhati-hati. Kalau udang sudah diambil dari kolam tidak boleh dikembalikan lagi, karena kalau dikembalikan bisa mempengaruhi yang lain dan bisa mati.Tambak udang di Sidomulyo akan dijadikan tambak percontohan, bahkan sudah 15 kabupaten di Jawa Timur yang sudah mengetahui keberadaan tambak dan masing-masing kabupaten ingin meniru Sidomulyo.
Prof Haryono menyarankan, sebelum tiba panen hendaknya dapat dicarikan pasar baik di Pacitan, Wonogiri atau kota lain yang membutuhkan udang secara partai besar dan berlangganan. Tahap berikutnya setelah panen harus segera disiapkan untuk penanaman benur berikutnya. “Kita belum mau memperluas jangkauan kalau tambak yang ada ini belum berhasil dengan baik,” kata Haryono sebagai sesepuh masyarakat Pacitan.
Bupati Pacitan, Indartato, menambahkan Dinas Kelautan dan Perikanan berbangga dan berterimakasih, lalu berbuat semaksimal mungkin agar kegiatan ini sukses. Rakyat yang masuk kelompok Posdaya budidaya udang menurut Indartato mempunyai semangat yang luar biasa. “Sekarang yang perlu mendapat perhatian ekstra adalah masalah keamanan. Kalau ini nanti sukses antisipasinya adalah mengorangkan semua orang. Yang penting persuasif dan melakukan pendekatan yang baik. Tambak udang ini modalnya besar karenanya rakyat perlu pendapingan,” jelas dia.
HASIL RISET
Hasil riset dari Kementerian Kelautan dan Perikanan selama ini biasanya bertahun-tahun berada di pusat-pusat penelitian. Tetapi kali ini diterapkan di pedesaan. Kini dikembangkan tambak udang namanya Busmetik (Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik) dengan areal 2,4 Ha mengembangkan udang selama 100 hari.
Percobaan ini benihnya ditaburkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Desa Sidomuyo, Kecamatan Ngadirjo, Pacitan. Tambak ini dikelola oleh Posdaya Mojosari. Ada tiga empang yang masing-masing empang berisi 120.000 benih udang. Pemeliharaannya ditangani oleh 12 orang.
Sebagai umpan, udang diberi pelet khusus dan makan 3 – 4 kali sehari. Hasil panen dijual 1Kg berisi 60 ekor harganya Rp80 ribu. Sinar Pagi, petugas dari Dinas Kelauatan dan Perikanan mengatakan bahwa dari benih yang ditebar di 3 empang tersebut akan menghasilkan tidak kurang dari 6,9 ton.
Modal yang diperlukan sekitar Rp485 juta, hasil penjualan pertama diperkirakan bisa menghasilkan Rp400 juta. “Jadi sekali panen sudah hampir balik modal,” kata Sinar Pagi. Bila dikelola dengan baik, satu tahun paling tidak akan panen 3 kali senilai Rp1,2 miliar. Memang sangat menggiurkan.
Bupati Indartato menambahkan bahwa tambak udang ini kedepan akan dijadikan Badan Usaha Milik Desa (BUMD) Desa Sidomulyo. Permodalan berikutnya akan didukung oleh Yayasan Damandiri sekitar Rp400 juta dan pihak Kabupaten Rp300 juta. Modal itu nantinya akan dikembangkan untuk tambak-tambak lain sebagai tahap berikutnya
Sumber:
http://www.harianterbit.com/2013/11/15/tambak-udang-pacitan-diharapkan-entaskan-kemiskinan-warga/