Oleh Prof. Dr. Haryono Suyono
PADA kunjungan kerja sekaligus pulang kampung akhir bulan lalu di Pacitan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono yang didampingi Gubernur Jawa Timur Pakde Karwo, para pejabat teras dari berbagai Kementerian, termasuk dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta dari berbagai Instansi lainnya, sempat meninjau Tambak Udang sistem Busmetik di Desa Sidomulyo, Pacitan dan menaburkan benur atau bibit udang ke tambak yang baru saja diselesaikan pembuatannya oleh rakyat di desa itu.
Tambak dengan Teknologi Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (Busmetik), di Pacitan itu benar-benar merupakan investasi dari rakyat yang dimulai dengan mengajak Bupati Indartato untuk secara sukarela meninjau model tambak yang telah nyata-nyata berhasil yang dikembangkan oleh Dr. Tb. Haeru Rahayu, MSc dari Sekolah Tinggi Perikanan di Serang, Banten.
Setelah mengamati model itu dan menanyakan kepada Kepala Desa, pak Hanggono Surwo (Nanang) yang menyertainya, apakah kiranya rakyat sanggup bekerja keras memelihara tambaknya, dan mengetahui manfaat jangka panjangnya untuk kemakmuran rakyat, akhirnya Bupati setuju untuk memfasilitasi usaha pengembangan tambak serupa di Pacitan.
Yayasan Damandiri segera siap berdiri menjadi pendukung yang tidak kalah gesitnya. Bupati setuju mempermudah rakyat membangun tambak serupa dengan fasilitasi pemerintah daerah dimana perlu untuk memungkinkan rakyat segera bergerak dengan dukungan yang dijamin oleh Kepala Desa muda yang gesit.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten, yang ikut serta dalam peninjauan ikut memberikan komitmennya membantu secara tehnis dan kalau perlu, biarpun kegiatan itu bukan proyek pemerintah lengkap dengan anggaran APBN atau APBD, pihaknya menyatakan siap membantu dan memberikan dukungannya. Model seperti ini, yang biasa dilakukan di masa lalu, perlu dihidupkan lagi agar gairah masyarakat untuk membangun bisa hidup dan prakarsa yang diambil oleh rakyat banyak tidak mendapat halangan.
Ketua Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta sebagai induk Sekolah Tinggi Perikanan Serang, Dr. Ir. Djodjo Suwardjo, MM, dengan senang hati memberi dukungan dan secara hirarchis segera menghubungi Kepala Badan Pengembangan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dr. Ir. Suseno Sukoyono, MM yang secara spontan menyambut baik gagasan masyarakat desa Sidomulyo yang berani dan siap bekerja keras itu.
Gagasan yang muncul dalam suasana kondusif itu diimplementasikan dalam upaya yang tidak ringan. Biarpun peninjauan berlangsung hanya dua hari, tetapi sesungguhnya negosiasi dan pengenalan kepada masyarakat harus dilakukan dengan sungguh-sungguh karena proses menanam dan memelihara bibit udang tidak mudah.
Proses yang nampaknya memakan waktu hanya 100 hari, udang adalah makluk hidup yang harus diperlakukan seperti bayi dengan perawatan yang sangat baik dan perlu makan dalam setiap periode selama duapuluh empat jam. Budaya untuk memelihara udang ini merupakan budaya yang tidak boleh dianggap enteng, sehingga perlu diingatkan agar masyarakat dipersiapkan dengan baik untuk tidak mendapatkan penyesalan dikemudian hari.
Untuk meyakinkan Bupati, yang juga mantan Kepala Dinas Perikanan, dan masyarakat luas, diperlukan proses pengenalan akan manfaat model teknologi Busmetik, yaitu tambak ukuran 20 x 30 m dengan dasaran plastik, sehingga setiap petak tambak ukurannya adalah sekitar 600 m2. Pada tambak ukuran 600 m2 persegi itu, agar dicapai tingkat efisiensi yang memadai diperlukan empat tambak dalam bentuk petak yang ukurannya menjadi sekitar 2.400 m2 dengan kedekatan dengan sumber air laut dengan ukuran pH tertentu agar lingkungan hidup udang nyaman dan tumbuh dengan segar dan tepat waktu.
Seperti diingatkan oleh Dr. Tb. Haeru Rahayu, MSc, pemeliharaan tambak udang memerlukan kecermatan dan konsistensi yang tinggi. Udang akan tumbuh dengan baik apabila lingkungannya dijamin dengan baik, sehingga kontrol kondisi air agar memenuhi lingkungan yang nyaman sangat perlu diperhatikan. Tingkat pH yang stabil dengan bawaan oksigen yang kaya akan menolong udang tumbuh dengan baik.
Oleh karena itu disediakan kincir air yang secara kontinyu menggoyang air agar dapat menyalurkan oksigen secara merata ke seluruh kolam sehingga dimanapun udang sedang berada di dalam dapat memperoleh asupan oksigen yang cukup. Karena itu pemeriliharaan listrik yang memutar kincir air juga perlu menjadi perhatian yang tinggi.
Budi daya udang sangat erat dengan keseimbangan lingkungan. Oleh karena itu para pengelola tambak harus memperhatikan keseimbangan ekosistem dan memelihara keseimbangan itu bukan sekedar pada upacara peresmian, tetapi lingkungan sekitar tambak yang menjadi “istana” udang tidak boleh tercermar dari lingkungan yang diseseli oleh makluk lain yang bisa mengganggu ketenteramannya.
Udang tidak akan kerasan dan bisa dengan mudah mati atau bahkan tidak sanggup berebut makanan dengan intruder lainnya. Karena itu pemisahan tambak dengan lingkungan sekitarnya bukan berarti pemanis tetapi secara sengaja dibuat untuk membebaskan tambak dengan lingkungan pengganggu yang bisa mengotori tambak.
Pemeliharaan tambak yang ditaburi oleh tidak kurang dari 250 ekor benur setiap m2 itu memerlukan team yang sanggup berjaga selama 24 jam. Anggota Team harus sanggup untuk secara bergiliran berjaga agar setiap empat jam bisa memberi makan secara merata kepada setiap sudut yang ada di kolam.
Tidak boleh pilih kasih dan sekedar menebar seenaknya. Udang akan perlu ruang untuk makan sehingga pemberian makan juga harus dilakukan secara merata sehingga setiap udang dapat memperoleh asupan makanan yang cukup untuk tumbuh dengan baik dan secara bersama. Pemberian makanan yang tidak merata akan menyebabkan adanya udang yang tidak bisa makan dan akhirnya akan mati dan mengotori tambak.
Pemeliharaan tambak memerlukan dukungan gotong royong dan pengertian penduduk setempat karena dalam waktu satu dua bulan telah banyak kelihatan benur yang makin membesar berbentuk udang dan mengundang selera. Minat untuk makan udang harus ditunda sampai 100 hari setelah udang dipanen bersama sehingga udang yang belum siap panen perlu dijaga untuk tidak diambil secara iseng-iseng yang merugikan kegiatan ini dalam jangka panjang. Selamat berjuang saudaraku dari Sidomulyo. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS,
Sumber : http://www.harianterbit.com/2013/11/11/memelihara-investasi-bersama-rakyat/