“Terus berpikir, beradaptasi dan bekerja. Jika tidak ditantang, maka tidak ada perubahan.”
Kata-kata bijak dari Hermas Rinting Maring yang dilahirkan di Malapi, 2 Mei 1976, siap menghadapi tantangan – dia meminta masyarakat di Kabupaten Kapuas Hulu, 700 km jauhnya dari Pontianak, ibukota Kalimantan Barat, untuk menghentikan praktik-praktik tidak lestari dan mengeksplor alternatif penghidupan lainnya.
Kecintaan Hermas Rintik Maring bagi kampung halamannya dan masyarakat lokal sudah jelas. Hermas bekerja bersama masyarakat lokal di Kapuas Hulu untuk mengembangkan proyek ekowisata dalam rangka mendukung perekonomian lokal dan sekaligus melindungi kawasan alam yang penting ini. Lebih dari 50% dari kabupaten merupakan kawasan lindung termasuk dua taman nasionalnya, yaitu Betung Kerihun dan Danau Sentarum. Lebih dari 90% masyarakat lokal di kawasan tersebut bergantung pada hutan dan sumberdaya alam bagai penghidupan mereka.
“Itu sebabanya saya memilih ekowisata,” kata Hermas, “Ekowisata dapat menjembatan konservasi dan pengembangan ekonomi masyarakat. Melalui ekowisata, masyarakat dapat menghasilkan uang dari hutan di sekitar mereka tanpa perlu menebang pohon atau berburu satwa liar.”
Sebagai orang Dayak dari Kapuas Hulu, Hermas merasa memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan dan melindungi lingkungan dan masyarakat lokal.
“Apa yang saya coba lakukan adalah membawa kembali masyarakat untuk hidup harmonis dengan lingkungan. Saya tahu hidup itu memang tidak mudah, tetapi tidak berarti kita harus merusak segala sesuatu termasuk hutan. Saya selalu mengatakan bahwa urusan Anda hari ini harus menjadi urusan generasi Anda selanjutnya.”
Putussibau merupakan salah satu daerah di Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas 5.277 km2. Jumlah penduduknya 36.575 jiwa. Kepadatan penduduknya hanya 7 jiwa/km2. Lokasi di 0,5O LU – 1,4O LS dan 111,4O – 114,1O BT dan berada tepat di tengah Borneo sehingga disebut Jantung Borneo.
Dekat dengan 2 Taman Nasional, yaitu Taman Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Danau Sentarum dengan 56% wilayah merupakan kawasan lindung (konservasi).Keragaman hayati yang sangat besar.
Hermas mulai bekerja di bidang ekowisata ketika ia memulai mengadvokasinya sebagai salah satu opsi bagi desa dan pemerintah kabupaten. Pada saat yang sama, bersama dengan beberapa rekan kerjanya, dia mendirikan KOMPAKH pada hari Sabtu 12 Maret 2005(Komunitas Masyarakat Peduli Ekowisata Kapuas Hulu), sebuah organisasi lokal yang bertujuan untuk menjalankan bisnis ekowisata melalui masyarakat lokal.
KOMPAKH bertujuan untuk mendorong pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Potensi wilayah Kapuas Hulu sebagai tujuan wisata dengan keunikan hutan hujan tropis dan Seni budaya masyarakat.Kapuas Hulu dengan dua Taman Nasional telah dinominasi sebagai World Heritage site dan Ramsar site oleh UNESCO.
Tanpa pelatihan formal, berbekal kecintaannya pada masyarakat dan kampung halamannya, Hermas mengembangkan ketrampilannya di lapangan, “Saya sampaikan kepada masyarakat bahwa modal bisnis kita adalah hutan, hidupan liar dan budaya otentik kita. Jika kita ingin bisnis terus berlanjut maka kita harus menjaga semua hal itu.”
Sehari-harinya Hermas menghabiskan banyak waktunya mengunjungi berbagai desa dan berdiskusi dengan para penduduk desa mengenai opsi-opsi penghidupan alternatif, memberikan pelatihan serta memfasilitasi masyarakat, pemerintah dan agen wisata/perjalanan.
Saat ditanyakan mengenai apa yang menurutnya merupakan bagian yang paling berharga dalam pekerjaannya, Hermas menanggapi, “kebahagiaan, karena saya mencintai pekerjaan ini. Saya memiliki banyak teman di daerah ini, saya mengunjungi banyak tempat dan orang-orangnya tetap mengasihi saya meski saya meminta mereka untuk tidak menebang pohon dan berburu satwa liar – karena saya membawa uang melalui turis-turis yang berkunjung.”
Awalnya adalah “ide gila” untuk menjadikan Kapuas Hulu sebagai pusat ekopariwisata dan tidak pantang menyerah, menjadi pemicu semangat Hermas.
Visi :Pariwisata berbasis kelestarian budaya dan alam sebagai jati diri, menunjang kesejahteraan masyarakat Kapuas Hulu
Misi :
- Mendorong terciptanya masyarakat sadar wisata, dengan tetap berpegang teguh pada perinsip-perinsip pelestarian budaya, adat dan alam sebagai jati diri Kapuas Hulu;
- Mendorong dan mengajak semua pihak untuk menciptakan kepariwisataan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan;
- Meningkatkan mutu kegiatan kepariwisataan guna meningkatkan pendapatan daerah demi kesejahteraan masyarakat Kapuas Hulu;
- Meningkatkan peran dan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata yang bertanggung jawab.
- Melakukan kegiatan promosi guna memperkenalkan potensi kepariwisataan Kapuas Hulu baik di tingkat nasional maupun internasional
Dengan menggunakan dana sendiri awalnya sebesar Rp15.000.000 memulai kegiatan ini. Pada tahun 2007 mendapat bantuan Pemda Rp7.000.000. Digunakan untuk sewa kantor dan pembelian peralatan seperti life jacket, safety helm, matras, motor tempel, rope, sleeping bag, dan tenda.
KOMPAKH setiap tahun mempunyai lebih dari 30 paket perjalanan. Saat ini sudah dibantu oleh WWF, Dinas Pariwisata, Pemda Kapuas Hulu, dan 2Taman Nasional.Tergabung dalam Forum Kota Hijau, Team Teknis Tata Ruang Kapuas Hulu, dan Kelompok Kerja Ekowisata Kapuas Hulu.Pemasaran melalui booklet, leaflet, dan lonely planet tourism
Saat ini masyarakat lebih paham etika dan berwawasan luas karena adanya pelatihan ESQ, Guiding Trainer, pelatihan tata cara melayani tamu (etika), dan pelatihan bahasa Inggris.Tercipta simbiosis mutualisme antara masyarakat dengan 2 Taman Nasional.Masyarakat bangga akan budayanya karena bisa dikenal oleh masyarakat mancanegara.Masyarakat bisa memiliki pekerjaan lain seperti guide, penyewaan homestay, penyewaan perahu, atau menjadi juru masak.
Internal:
- Mengikuti pelatihan pemandu wisata tingkat dasar yang di laksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kapuas Hulu (Dinparbud) dan Canopy Kalimantan;
- Mengikuti Ecotourism Business Forum/ Ecotourbiz di Bogor. Dalam upaya promosi pariwisata Kapuas Hulu bersama WWF Indonesia Kantor Putussibau;
- Ikut menghadiri event Borneo Extravaganza di Jakarta pada tahun 2006
- Mengikuti Table Top pada acara Travel Indonesia Mart and Expo di Makassar pada September 2008
- Mengikuti International Ecotourism Business Forum (IEBF) di Palembang
Eksternal :
- Melakukan survey objek wisata bersama Dinparbud dan WWF ke danau Empangau
- Membantu membuatkan analisis SWOT potensi wisata Sungai Ikan
- Melakukan roadshow ke travel agent dan dinas pariwisata provinsi guna mempromosiskan dan mengupdate informasi pariwisata Kapuas hulu serta mencari kemungkinan kerjasama dengan travel agent yang ditemui
- Bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan daerah Kapuas Hulu dan WWF melakukan pelatihan pengelolaan objek wisata bagi 10 objek wisata di Kapuas Hulu
- Bersama WWF, Dinas Pariwisata, dan BTNBK, melakukan peningkatan kapasitas pengelolaan homestay di betang Baligundi Desa Sibau Hulu
- Melakukan pengumpulan data untuk membuat Travel guide book
- Membangun website sebagai media promosi potensi wisata Kapuas Hulu
- Melakukan packaging atraksi wisata Kapuas Hulu yang siap jual
- Mengadakan Pelatihan penyelenggaraan ekowisata untuk Masyarakat disekitar objek wisata, kerjasama dengan WWF-I Kantor Putussibau dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Kapuas Hulu
- Melakukan Pendampingan dan kerjasama dengan kelompok- kelompok ekowisata ditingkat Desa (Panitia ekowisata Na. Potan, Kelompok Pengelola Homestay di Betang Baligundi, Pengelolan Ekowisata rumah Betang Tua Sungolok Apalin, Badan Pengelolan Ekowisata Tanjung Lokang, Kelompok ekowisata Na. Bungan dan pegiat ekowisata Teluk Aur dan Empangau