Setiap hari berinteraksi dengan warga membuat Ainy jatuh hati pada berbagai kegiatan sosial, pemberdayaan masyarakat, dan pendidikan anak-anak.
Keyakinan Ainy Fauziyah menjalani profesi sebagai motivator begitu kuat. Bukan alasan materi yang memantapkan hatinya untuk menekuni profesi tersebut, melainkan adanya peluang untuk dapat menyentuh hati orang-orang yang tengah tertimpa musibah dan “dekat” dengan mereka.
Perjalanan karier Ainy Fauziyah sebagai profesional coach memang belum terlalu lama. Dia mulai menekuni profesi tersebut sejak merintis Ainy Coaching, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan diri, motivasi, dan coaching pada 2009. Meski begitu, bukan berarti Ainy tidak familiar dengan bidang motivasi. Bahkan, bisa dikatakan perempuan kelahiran Bangil, 29 November 1969, itu cukup lama mengenal bidang motivasi.
Persentuhan Ainy dengan bidang motivasi bermula sejak dia bekerja pada lembaga swadaya masyarakat (LSM) asing dan menangani korban bencana tsunami Aceh pada 2004. “Pascatsunami, tanpa disadari, tiap hari saya memotivasi para korban, mulai dari anak-anak sampai orang tua,” kata Ainy, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ainy menuturkan pengalamannya sebagai relawan bencana di Aceh memberikan pengaruh luar biasa dalam hidupnya. Dia merasa mentalnya ditempa dengan beragam aktivitas dan problem yang dihadapi saat itu. “Bayangkan, bagaimana menghadapi para korban bencana yang penuh keputusasaan, amarah, dan kesedihan. Dan, saya berada di antara mereka untuk bersama-sama menghadapi trauma tersebut,” kenang Ainy.
Ainy merasakan segudang pengalamannya ketika berada di Aceh sedikit banyak telah mengubah sosok dirinya yang kaku menjadi lebih luwes dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi. Ainy yang mengaku awalnya merupakan sosok dengan karakter tidak sabaran dan emosional akhirnya bisa berubah menjadi perempuan yang tegar, bijak, dan berani mengambil tantangan.
Sebagai relawan bencana, banyak kegiatan yang dilakukannya, mulai dari merancang kembali konstruksi rumah untuk tempat tinggal warga sampai mengupayakan pemberdayaan ibu-ibu rumah tangga di Aceh. “Membangun rumah di Aceh rasanya berbeda dengan membangun rumah biasa. Ada harapan baru yang juga harus saya bangun di sana,” ujar perempuan yang pernah bekerja di sebuah BUMN bidang penyediaan perumahan rakyat itu.
Upaya Ainy memberdayakan kaum perempuan di Aceh tampak nyata. Alumnus teknik sipil dari Institut Nasional Malang, Jawa Timur, itu memberikan akses pekerjaan kepada kaum perempuan di sana, khususnya para ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan yang diusulkan Ainy memang terbilang tak lazim dilakukan kaum hawa, yakni mengecat di proyek-proyek pembangunan rumah yang digagas organisasi tempat Ainy bekerja. Usulan Ainy pun sempat diragukan rekan-rekannya, namun Ainy mencoba meyakinkan mereka bahwa kaum hawa pun mampu melakukan pekerjaan maskulin itu. “Kita beri mereka pelatihan dan sertifikat,” ujar dia.
Awalnya, pekerjaan mengecat rumah yang dilakukan para perempuan itu dipandang sebelah mata, utamanya oleh kaum laki-laki. Namun, akhirnya banyak pula perempuan yang tertarik untuk mengerjakannya dan jumlahnya semakin meningkat. Setidaknya, ada 500 perempuan yang terlibat dalam program Ainy tersebut.
Kegiatan mengecat rumah itu dilakukan dengan sistem kerja borongan. Setiap kelompok kerja terdiri dari empat sampai enam perempuan yang kebanyakan berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Sebelum bekerja sebagai tukang cat, para perempuan itu biasanya terlebih dahulu menyelesaikan tugas rutin mereka sehari-hari di rumah tangga masing-masing. “Saya mungkin tidak bisa memberikan banyak materi kepada mereka, tetapi saya akan menyentuh hati mereka, mengubah mindset mereka, sehingga perempuan-perempuan itu dapat meraih impian mereka. Mereka bisa menjadi apa pun yang mereka inginkan,” ungkap Ainy.
Kadung Jatuh Hati
Setiap hari berinteraksi dengan warga, meski sekadar mengobrol atau melakukan beragam kegiatan bersama, telah membuat Ainy jatuh hati pada berbagai kegiatan sosial, pemberdayaan masyarakat, dan pendidikan anak-anak. Meski tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang psikologi, Ainy terus berupaya mengembangkan kepercayaan diri, harapan, serta optimisme warga korban bencana dalam melanjutkan kehidupan. Atas segala dedikasinya di bidang sosial tersebut, Ainy berhasil meraih penghargaan Sekar Bangsa untuk kategori bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan.
Sekembalinya dari Aceh, Ainy memutuskan untuk terus menekuni dunia motivasi. Peraih sejumlah penghargaan di tingkat nasional dan nomine satu dari 100 perempuan terinspiratif 2011 versi sebuah majalan perempuan nasional itu lantas mengambil kursus khusus di bidang motivasi. Dia pun berhasil memperoleh sertifikat dari International Coach Federation (ICT), yakni sebuah organisasi internasional bidang coaching yang cukup kredibel. Kini, Ainy mengantongi sertifikat sebagai practitioner of NLP, hypnosis, dan hypnotherapist.
Hari-hari Ainy kini disibukkan dengan beragam kegiatan, tidak hanya sebagai motivator, tetapi juga aktivis sosial yang kerap memberikan bantuan kepada orang-orang yang tengah kesusahan dan terpinggirkan. Bagi dia, kegiatan sosial tersebut merupakan panggilan jiwanya, dan karena itu tak akan bisa ditinggalkannya. “Terlepas dari ada-tidaknya penghargaan, saya akan terus menyentuh hati mereka yang terpinggirkan,” ujar dia penuh ketulusan. nanik ismawati
Menyentuh Kaum Marjinal
“Saya senang ketika mereka memeluk saya dan mengatakan terima kasih. Itu terasa penuh ketulusan.”
Meski telah menyandang predikat motivator dan mengantongi sejumlah sertifikat internasional, Ainy Fauziah masih merasa tidak mudah untuk menjadi motivator perempuan di Indonesia. Dia pun sempat mengalami jatuh bangun dalam membangun kariernya, bahkan pernah pula tebersit dalam benaknya untuk mundur dari pekerjaan yang dijalaninya itu.
“Andai saya tahu betapa sulitnya jalan yang harus saya lalui, mungkin saya tidak akan memilih jalan ini,” kata Ainy. Apalagi ketika itu kehidupannya sudah terbilang mapan. Tak hanya itu, pada saat bersamaan, banyak tawaran datang dari organisasi-organisasi dunia yang selama ini diimpi-impikannya. Maka, tak heran, jika banyak orang yang menyayangkan keputusannya untuk banting setir.
Walaupun begitu, Ainy tetap membulatkan tekadnya. Ainy merasa jalan yang disebutnya sebagai pengabdian itu telah menjadi panggilan jiwanya. Bagi Ainy, tidak ada yang lebih kuat dari panggilan jiwa dan kemauan untuk tetap bertahan sesulit apa pun tantangan yang harus dihadapi.
Dia pun lantas menceritakan pengalaman pada masa-masa awal dirinya meretas karier. Ainy mengakui bahwa masa-masa itu merupakan masa yang sulit. Maklumlah, sebagai anak bawang, Ainy harus bersusah payah membangun kepercayaan klien-kliennya. Dalam menawarkan jasanya, dia terpaksa harus melakukannya secara door to door.
Kerasnya perjuangan yang dilakoninya itu tak membuat Ainy putus asa. Dia mengatakan sebagian yang dilakukannya itu merupakan pengabdian kepada sesama. Ainy coaching memang tidak hanya fokus pada kegiatan-kegiatan motivasi untuk kalangan korporasi, tetapi juga untuk kegiatan-kegiatan sosial kemanusiaan.
Melalui kegiatan motivasi tersebut, Ainy kerap menyentuh kaum marjinal, seperti para narapidana dan penderita HIV/AIDS di Indonesia. “Saya senang, ketika mereka memeluk saya dan mengatakan terima kasih. Itu terasa penuh ketulusan,” ujar Ainy.
Ainy juga acap mengunjungi anak-anak yatim duafa. Kepada mereka, dia senantiasa memberi motivasi untuk memiliki semangat dan bersikap optimistis dalam menjalani hidup. “Yang saya bisa lakukan memang hanya ini,” aku dia.
Motivasi yang diberikan Ainy menjangkau pula kalangan pengajar, mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan. Dalam melakukan tugasnya tersebut Ainy senantiasa memegang prinsip apa yang sudah diucapkannya harus dilakukan. Dia juga bertekad untuk terus menekuni bidang motivasi yang dianggapnya sudah menjadi dunianya.
Di antara harapan-harapan yang dimilikinya, ada satu impian yang ingin segera diwujudkannya. Ainy berharap dapat menjual satu juta kopi buku karyanya dan menembus hingga pasar luar negeri. Dia pun menegaskan seluruh royalti atas bukunya tersebut akan disumbangkan untuk pendidikan anak-anak yatim piatu. nanik ismawati
Nama: Ainy Fauziyah
Tanggal lahir: Bangil, 29 November 1969
Pendidikan: Master of Urban Management, Canberra University
Teknik Sipil Institut Nasional Malang, Jawa Timur
Pekerjaan: Motivator
Penghargaan: Anugrah Sekar Bangsa
2013
Buku: Dahsyatnya Kemauan.
Sumber :http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/112732