Beragam permasalahan terus bergelayut di wilayah perbatasan. Tak sekadar perihal infrastruktur jalan, pendidikan dan kesehatan, kesejahteraan guru juga masih memprihatinkan. Tengok saja wilayah Entikong, Kabupateng Sanggau Provinsi Kalimantan Barat. Di wilayah yang berbatasan dengan Malaysia tersebut, guru PAUD hanya menerima honor sebesar Rp 150 ribu perbulan.
Kenyataan tersebut saya dapati saat mengunjungi Entikong beberapa waktu lalu. Netty Lampe, seorang guru PAUD dan juga pengelola Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) mengeluhkan minimnya kesejahteraan untuk para guru. “Banyak guru PAUD yang dibayar dengan beras, jagung, bahkan ubi jalar,” ucap Netty Lampe miris.
Pengakuan Netty tersebut diamini oleh Aminah, rekannya sesama guru PAUD. Wanita yang mengajar di PAUD Istiqomah Entikong tersebut mengaku kesejahteraan yang didapat sangat minim. Hal ini menyebabkan hanya sedikit orang yang tertarik untuk menjadi guru di Entikong. “Banyak yang akhirnya memilih bekerja di Kuching, Malaysia” ucapnya.
Dengan gaji sebesar Rp 150 perbulan jelas sulit untuk hidup berkecukupan, apalagi di wilayah perbatasan yang harga kebutuhan pokoknya relatif lebih tinggi dibanding pulau Jawa. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Aminah membantu suaminya menjual durian di pasar. Di belakang rumahnya, tumbuh 3 pohon durian yang merupakan “warisan” mertuanya. Satu buah durian dijualnya dengan harga mulai dari Rp 15 ribu.
Namun, hasil dari menjual buah durian inipun tidak dapat dijadikan andalan untuk menopang hidup. Maklumlah, buah berduri tajam tersebut tidak bisa dipanen setiap saat. Hanya pada musim-musim tertentu saja suami Aminah dapat menikmati rezeki manis buah durian. “Kalau sedang tidak panen, suami saya bekerja serabutan di Malaysia,” ungkapnya.
Kepala Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal Kabupaten Sanggau Murdiansyah mengakui kocek daerahnya masih terbatas untuk meningkatkan kesejahteraan guru PAUD. Karena itu ia sangat berharap uluran tangan berbagai pihak.
Lebih Mudah dari Malaysia
Minimnya kesejahteraan guru di Entikong kiranya serupa dengan infrastruktur disana. Untuk dapat menjangkau Kabupaten Entikong, dibutuhkan waktu lebih dari 6 jam melalui darat dari Pontianak, Kalimantan Barat. Sebagian jalan dalam kondisi rusak dan bergelombang, apalagi kalau Anda melewatinya di kala hujan. Untuk mengarungi jalan tersebut, ada baiknya anda menggunakan kendaraan bergardan ganda.
Kondisi yang berbeda akan kita temui, bila kita menggapai Entikong melalui Sarawak Malaysia. Hanya butuh waktu sekitar 2,5 jam dari Bandara Kuching, jalanan yang dilalui pun sangat mulus. Tak heran, cukup banyak pejabat, pengusaha, dan sejumlah pihak yang mengunjungi Entikong justru melalui Malaysia. dari
Saya mencoba kedua cara tersebut saat menyambangi Entikong. Pada saat berangkat, saya menempuh jalur darat dari Pontianak. Lantas saat kembali, saya pulang melalui Kuching Malaysia, lalu melanjutkan penerbangan ke Pontianak selama kurang lebih 40 menit.
Semoga layanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan kesejahteraan guru di seluruh perbatasan di Indonesia dapat terwujud. Amin……
Dikutif : 18 April 2013