Oleh Prof Dr Haryono Suyono
MINGGU lalu di Surabaya, memenuhi undangan Walikota Surabaya, Drs Bambang DH., MPd., tidak kurang dari 400 perserta telah mengikuti Seminar Nasional tentang pemberdayaan lansia berbasis masyarakat. Pertemuan yang antara lain disiapkan bersama oleh Dr Pujoraharjo dari Yayasan Damandiri dan Dr Sunarjo dan kawan-kawan dari LIPM ini dihadiri pula oleh ahli-ahli PBB dari berbagai negara yang berkantor di Bangkok, Ahli-ahli dari Lembaga Asian Urban Information Center of Kobe atau AUICK dari Jepang dan lembaga-lembaga lansia tingkat pusat dan propinsi. Pengembangan program pemberdayaan lansia berbasis masyarakat ini dilaksanakan sejalan dengan upaya pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di tingkat pedesaan yang diharapkan bisa menjadi forum silaturahmi keluarga dan masyarakat yang peduli terhadap anak bangsa di pedesaan.
Pertemuan yang merupakan kelanjutan dari Seminar Internasional yang pernah diadakan di Kobe, Jepang, beberapa bulan lalu, bisa menjadi model baru yang sangat dibutuhkan di banyak negara yang mengalami transisi demografi dengan sangat cepat. Seperti diketahui negara-negara maju seperti Inggris, Belanda, Perancis dan negara-negara Skandinafia di Eropa yang dewasa ini mempunyai struktur penduduk tua telah mengalami proses demografi panjang dalam waktu yang sangat lama, yaitu antara 100 sampai 150 tahun. Negara-negara di kawasan Asia, termasuk Indonesia, Cina, Thailand, Singapura dan lainnya, yang akhir abad lalu gencar melaksanakan program KB dan kesehatan dengan berhasil, mengalami proses transisi demografi yang sama hanya dalam waktu satu generasi.
Akibatnya pemerintah pusat dan banyak pemerintah daerah, maupun aparat yang ada dibawahnya, tidak siap menghadapi gejolak yang ditimbulkan karena penduduk yang strukurnya berubah drastis itu mempunyai penduduk lansia yang jumlahnya besar. Kebijaksanaan yang berkaitan dengan penduduk lansia belum seluruhnya disusun. UU tentang lansia belum dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden atau Keputusan Menteri dan aparat lainnya di tingkat lapangan. Pemerintah Daerah Jawa Timur yang menghadapi masalah lansia relatif lebih dulu dibandingkan propinsi lainnya, belum pula mempunyai rangkaian keputusan yang memuaskan. Banyak kegiatan yang telah dilakukan tetapi belum seluruhnya bisa dianggap sebagai instrumen politik terpadu untuk menyelesaikan masalah besar yang dihadapi dewasa ini.
Para ahli yang datang dari negara dengan pengalaman luas seperti dari Jepang dan lainnya, antara lain Prof Dr Hirofumi Ando dari Jepang, telah memberikan banyak masukan kepada Seminar yang sangat penting tersebut. Sebaliknya pengalaman lapangan yang sangat berharga dari Surabaya merupakan masukan yang bisa menjadi contoh untuk dikembangkan di propinsi atau kabupaten lainnya. Pengalaman di kota Surabaya dengan pemberdayaan lansia dalam dua jalur sungguh sangat menarik. Jalur pertama adalah jalur tradisionil dengan menempatkan para lansia di dalam Panti Asuhan.
Panti Asuhan ini ada tiga macam, yang pertama didirikan oleh masyarakat dan anggarannya disediakan oleh masyarakat sendiri. Yang kedua didirikan oleh masyarakat tetapi anggaran operasionalnya berasal dan dibantu oleh pemerintah dan organisasi lain. Jenis ketiga adalah Panti yang didirikan dan dibiayai oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Seluruh jenis panti yang diuraikan diatas ada di kampung-kampung di Surabaya.
Sistem pemberdayaan yang kedua adalah pemberdayaan lansia oleh lansia, keluarga dan organisasi pendukung di masyarakat. Para lansia, salah satu contohnya di Kelurahan Ngagel Mulyo, menghimpun diri didalam kelompok di masyarakat. Kelompok ini beranggotakan keluarga yang berasal dari RT atau RW tertentu. Dalam kumpulan itu mereka mengadakan pertemuan secara teratur, di tempat-tempat dan dengan kegiatan yang bervariasi. Variasi yang diganti-ganti setiap pertemuan itu merupakan upaya agar seluruh lansia dengan berbeda kepentingan tetap bisa ikut aktif dalam forum lansia itu.
Kegiatan dalam forum itu dibagi-bagi menurut kelompok peminat sehingga kalau dikehendaki setiap kelompok besar bisa dibagi-bagi lagi dalam beberapa kelompok kecil dengan kegiatan yang berbeda-beda. Seorang pemimpin kelompok bisa asyik dengan kelompoknya sendiri dan merasa sangat puas dengan upaya yang mereka lakukan bersama sesama penggemar kegiatan tertentu. Dalam kebersamaan itu para lansia memperoleh kebahagiaan tersendiri.
Kegiatan berbasis masyarakat ini memungkinkan keluarga mengambil peranan yang sangat dominan. Lansia tidak perlu tinggal di Panti Asuhan tetapi tetap tinggal bersama keluarganya di kampung atau di pedesaan. Keluarganya tetap bisa selalu bersama dengan orang tua yang mereka hormati, bahkan pada hari-hari pertemuan atau saat ada kegiatan di kelompoknya, anggota yang lebih muda dapat mendampingi lansia yang mereka miliki datang dan melakukan kegiatan dalam Posdaya dengan kegiatan lansia yang telah diprogramkan.
Dalam Seminar ini ikut mengambil peran organisasi para lansia yang sangat terkenal di Jawa Timur bernama Abiyoso yang dipimpin oleh mantan Wakil Gubernur Jawa Timur, Tri Maryono. Organisasi ini sangat aktif mengadakan advokasi dengan menggerakkan kepedulian masyarakat untuk menyelesaikan masalah lansia di Jawa Timur. Organisasi ini bekerja sama dengan Lembaga Indonesia untuk Pengembangan Manusia atau LIPM yang sebagian tenaga penggeraknya berasal dari perguruan tinggi dan tokoh-tokoh yang peduli terhadap pengembangan sumber daya manusia.
Yayasan Damandiri, dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mencapai sasaran dan target-target MDGs, menganggap bahwa peran para lanjut usia untuk mengembangkan pemberdayaan keluarga di tingkat pedesaan sangat tinggi. Karena itu program dan proses pemberdayaan lansia dapat menjadi program untuk “mengasah pisau” yang mempunyai tujuan penajaman dua sisi yang sama tajam dan penting. Di sisi pertama lansia dapat mengembangkan program untuk meningkatkan kesejahteraan dan kehidupan masa tua yang sejahtera. Disisi lain para lansia dapat terus membantu pembangunan keluarga, khususnya memberi masukan kepada generasi muda meningkatkan mutu dengan mengacu pada target dan sasaran MDGs, yaitu hidup sehat, sekolah dengan baik, dan mengembangkan usaha yang bisa membantu perbaikan ekonomi keluarga dan hidup yang sejahtera. ***
(Prof Dr Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS)
Sumber :
http://madina.co.id/index.php/kesejahteraan-rakyat/yayasan-damandiri/747-membangun-lansia-bersama-masyarakat