Kita menyadari pendekatan “partisipatif” seringkali tidak mencerminkan permintaan atau aspirasi dari sebagian besar anggota-anggota kelompok karena dominannya keputusan segelintir elite yang tidak memihak masyarakat. Konsekuensinya adalah anggota-anggota kelompok yang benar-benar membutuhkan bantuan seringkali tidak berdaya dan tidak memiliki banyak pilihan karena mereka tidak bersuara, kurang terlibat, atau terwakili dalam proses pembuatan keputusan.
Untuk itu dibutuhkan fasilisitasi dengan cara-cara khusus yang memberikan kesempatan yang sama dalam menentukan apa yang akan direncanakan dan dikerjakan kelompok. Di Kabupaten Nias, salah satu cara yang digunakan dalam memfasilitasi perencanaan kelompok adalah dengan sistem tertulis. Pada pertemuan pembahasan perencanaan, masing-masing anggota kelompok diberi kesempatan untuk menuliskan sendiri jenis kegiatan mana yang paling sesuai dan yang benar-benar dibutuhkan serta menguntungkan mereka. Kemudian hasilnya dibahas bersama menjadi kegiatan atau rencana definitif kelompok.
Ketika kelompok dilibatkan penuh dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan serta pengelolaan, maka hasilnya akan bermanfaat bagi anggotanya. Sementara bila sebuah perencanaan kegiatan memberikan hasil yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan masyarakat, maka kelompok akan lebih tertarik untuk terlibat di dalamnya.
Community-Led Assessment and Planning Process (CLAPP) atau Proses Perencanaan dan Penilaian yang Dipimpin Masyarakat memfasilitasi proses dimana masyarakat menggunakan seperangkat alat untuk menilai situasi mereka dan mengembangkan rencana yang dapat membantu mereka menanggulangi kemiskinan. Proses diawali dengan masyarakat sendiri menciptakan indikator setempat yang mudah digunakan untuk menentukan dan memetakan siapa yang “kurang beruntung“ di masyarakat. (grg)