GKR Pembayun Putri Pemberdaya Hidupkan Kembali UUPPKS
Ketat serta penjurian yang panjang, Bina Swadaya telah mengumumkan GKR Pembayun dan Ny Dalinem dari Sleman, terpilih sebagai pemenang penghargaan Kusala Swadaya. Penghargaan dari lembaga Bina Swadaya ini diberikan setelah melalui seleksi dan penjurian yang ketat.
Pengumuman pemberian penghargaan tersebut disampaikan langsung oleh salah seorang anggota tim juri, Arswendo Atmowiloto, Selasa (22/5) di Bataviasche Novelle Cafe, Jakarta. Selain Arswendo, tampil pula sebagai juri antara lain Prof Paulus Wirutomo (Dosen FISIP UI), Mohammad Sobary (kolumnis/budayawan), Tini Hadad (Praktisi NGO) dan Titik Hartini (Praktisi NGO)
Kusala Swadaya merupakan sebuah penghargaan yang diberikan oleh Bina Swadaya kepada pihak-pihak atau kelompok masyarakat yang dinilai telah mampu mendorong keswadayaan masyarakat.
Kategori Motivator/Pendamping Kelompok terpilih sebagai Pemenang I Ny Dalinem, dari Prambanan, Sleman. Kemudian Pemenang II Ny Sri Suryatiningsih, dari Ampel, Boyolali, serta Pemenang III Ny Suminah, dari Klaten, Jawa Tengah.
Sedangkan untuk Kategori Kelompok Swadaya Masyarakat, Pemenang I Kelompok Tani Maju Nanggulan, Kulonprogo, Pemenang II KSM Sidomulyo Babat, Lamongan, dan Pemenang III UPKD Usaha Bersama Pinju Layang, Bengkulu. Untuk kategori Kepedulian Sosial diberikan kepada GKR Pembayun.
Putri Pemberdaya:
Sebagaimana dinilai Bina Swadaya, GKR Pembayun yang memenangkan penghargaan kategori Putri Pemberdaya menunjukkan bahwa GKR Pembayun bukan seperti Putri dari kerajaan yang menikmati kemewahan atas kekuasaan ayahnya.
GKR Pembayun justru memilih bergulat dengan realitas masyarakat Yogyakarta, dengan mengedepankan pertanyaan, Apa yang harus kulakukan dengan Yogyaku?. Pertanyaan inilah yang menggiring GKR Pembayun untuk berkarya turut serta mendorong pemberdayaan pengusaha kecil di Yogyakarta. Hal tersebut terinspirasi oleh ide Sri Sultan HB X, ayahnya, untuk membangun Yogyakarta Incorporated yang didasarkan pada kearifan dan potensi lokal dalam membangun kota Yogyakarta.
Inspirasi tersebut akhirnya membawa Pembayun untuk melihat pengusaha kecil sebagai potensi yang pantas untuk dikembangkan di Yogyakarta. Analisa Pembayun menunjukkan ketiadaan sinergi antar aktor yang berusaha melakukan pemberdayaan. Overlapping program dan aktivitas tak dapat dipungkiri sebagai dampak ketiadaan sinergi tersebut.
Menurut Pembayun interseksi terjadi dan dilakukan oleh empat stakeholder antara lain pemerintah dengan dana APBD-nya, pihak perbankan dengan kredit skala mikronya, BUMN dan Corporate.
Bangkitkan UUPKS:
GKR Pembayun menawarkan diri untuk membantu membangun konsolidasi kerja dari empat stakeholder tersebut. GKR Pembayun mengambil kendali kegiatan pemberdayaan yang sentralistik dengan membangun perpanjangan tangan ke masyarakat melalui kelompok-kelompok dampingan BKKBN.
Langkah pertama yang diambil oleh Pembayun adalah menghidupkan kembali kelompok Unit Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Setelah jejaring UPPKS terbentuk, Pembayun kemudian menggalang dana dari keempat stakeholder tersebut. Usaha tersebut membuahkan hasil dengan tersedianya kredit lunak bagi setiap kelompok UPPKS. Nama besarnya menjadi jaminan bagi setiap rupiah yang diberikan kepada kelompok. Usahanya tak berhenti disitu. Pembayun kemudian membentuk sebuah koperasi yang diberi nama Aku Sejahtera.
Melalui koperasi tersebut Pembayun bisa mendapatkan berbagai kucuran dana dari pemerintah pusat melalui koperasi yang dibentuknya. Setiap kelompok yang akan mengajukan pinjaman menghubungi petugas penyuluh. Kemudian petugas penyuluh tersebut yang akan memroses ke koperasi. Namun, ketika pinjaman tersebut cair, perwakilan kelompok yang harus mengambilnya.
Hingga saat ini koperasi beranggotakan sejumlah 499 kelompok dampingan. Tidak hanya kelompok UPPKS bentukan BKKBN, tetapi juga kelompok pemberdayaan seperti kelompok tani. Aktivitas yang dilakukan oleh koperasi Aku Sejahtera tak hanya memberikan kredit lunak semata, tetapi juga memberikan pelayanan pelatihan, membantu pemasaran produk melalui pameran dan studi banding pada kelompok yang berkembang.
Koperasi Aku Sejahtera saat ini telah memiliki ruang display bagi produk kelompok dampingannya. Karya Pembayun dengan emberdayaannya sangatlah pantas dihargai. Setidaknya karyanya mewujudkan semboyan yang selama ini digemborkan di kraton Yogyakarta, Tahta untuk Rakyat. Setidaknya karya GKR Pembayun telah nyata-nyata menjadi salah satu bukti impian Kraton Yogyakarta. (kr)