“Pahlawan Swadaya” dari Pegunungan Candi Boko.
Pemenang Pertama, Kusala Swadaya kategori Motivator
Dusun Sumber Watu yang terletak di Pegunungan Kapur Candi Boko tak mengecilkan nyali Dalinem kecil menyusuri jalanan setapak sepanjang 10 KM untuk menuju sekolahnya. Berbekal prinsip hidup yang dikenalkan orang tuanya akan pentingnya pendidikan, wanita kelahiran 25 april 1951 ini mampu menyelesaikan pendidikannya di SMP 1 Prambanan. Kegigihannya ini pula yang menghantarkan dalinem menjadi salah satu nominator terkuat dan penerima penghargaan I Kusala Swadaya bagi Motivator.
Bermula pada tahun 1971 ketika pemerintah mencanangkan program keluarga berencana. Dalinem sebagai salah satu istri pamong desa dan juga wanita yang mampu baca dan tulis diminta untuk membantu kader KB kelurahan untuk mensosialisasikan Penggunaan IUD. Tak mudah untuk mengenalkan KB kepada masyarakat di pucuk Pegunungan Candi Boko. Dalinem kala itu harus memikirkan berbagai macam cara untuk membuat ibu-ibu mengunakan alat KB. Salah satu strategi yang menurutnya ‘licik’ adalah memberikan sepotong kain kepada ibu-ibu yang mau menggunakan alat KB. Demi strategi ‘licik’ tersebut, Dalinem harus merogoh kantongnya sendiri.
Namun berbagai usaha tersebut tak selalu berhasil. Salah satu kisah pahit yang selalu diingatnya adalah dikejar-kejar seorang suami dengan golok di tangan ketika mengajak sang istri untuk menggunakan alat KB. Berbagai tentangan lain juga dirasakan Dalinem ketika mempromosikan ventilasi/jendela pada rumah-rumah di pedesaan. Kali ini bukan suami orang lain, tetapi suaminya sendiri yang mempertanyaan keanehan Dalinem. Strategi yang kali ini ditempuh Dalinem adalah menggunting gedhek/Dinding Anyaman Bambu rumahnya sendiri. Prinsip yang dikenalkan dalinem saat itu ‘Pokoknya ada lubang supaya angin bisa keluar masuk’.
Karya dalinem pada tahun 1971 untuk mengenalkan KB membuatnya diangkat menjadi kader KB pada tahun 1972. Enam tahun kemudian Dalinem diangkat menjadi pegawai honorer PNS di BKKBN. Dan pada tahun 1981 diangkat resmi menjadi PNS di lingkungan BKKBN sebagai PLKB (Pendamping Lapangan Keluarga Berencana). Karyanya Dalinem tak berhenti ketika sudah menjadi PNS di BKKBN. Dalinem memaknai pekerjaan sebagai PLKB tak lebih dari seorang sales KB. Harus berkeliling desa dengan menggendong anaknya yang yang bungsu untuk menjajakan alat KB kepada masyarakat.
Bagi Dalinem, seorang PLKB harus memutar otak agar masyarakat mau berkumpul. Setiap pertemuan-pertemuan dasawisma, Dalinem selalu membuat daya tarik baru. Mulai dari kursus membuat sabun colek, shampo hingga membuat keripik singkong. Lebih hebat lagi, Dalinem harus merogoh kantonya sendiri untuk membeli berbagai bahan dasar di Pasar Beringharjo, Yogyakarta.
Awal tahun 1980, Dalinem muda merasakan betapa desanya jauh tertinggal di bandingkan desa tetangga di ‘bawah’, demikian sebutan mereka untuk yang tinggal di bawah gunung. Atas inisiatifnya, ia dan warga yang mendukung melakukan babat alas membuat jalan. Tidak sedikit warga yang menentang karena punya jalan berarti ‘membuat jalan untuk maling’. Tentangan warga justru merupakan tantangan Dalinem untuk mencari bantuan dari luar. Untunglah pihak Kecamatan membantu peralatan dan malah memberikan program AMD untuk membantu perjuangan rakyat membuat jalan desa. Bahkan membantu membuat Penampungan Air Hujan (PAH) untuk mengatasi krisis air bersih di desa Sumberwatu. Oleh karena tidak semua warga mendapat bantuan PAH, Dalinem kembali meminta warga yang sudah dibangunkan PAH untuk ‘urunan’ membuatkan PAH bagi yang tidak mampu.
Tak berhenti pada pembuatan jalan desa menuju prambanan dan pembuatan PAH. Dalinem juga mempelopori penataan sanitasi di desanya. WC “cemplung”. WC ala desa-desa di jawa tengah tanpa septic tank dikenalkan Dalinem kepada masyarakat pegunungan candi boko. Alhasil hingga sekarang ini, hampir semua masyarakat telah memiliki WC dan bahkan mulai banyak yang menggunakan septic tank.
Mendekati masa pensiunnya pada tanggal 1 Mei2007, Dalinem masih terus saja berkarya untuk mengembangkan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Menurutnya “Jaman sekarang anake aja mung kon playon, iki sinau ben mengembangkan otak kanan-kirinya..ayo do bikin balok iki dipasang, iki ono pusel juga digarap – sing momong yo ajar. “ (ind: “Jaman sekarang anak kecil jangan hanya disuruh berkeliaran, harus belajar mengembangkan otak kanan dan otak kiri” baloknya pada dipasang, ini ada pusle juga dikerjakan – orang tuanya juga harus belajar). Mengajak lansia senam jantung sehat di hari Kamis juga masih giat dilakukannya.
Dalinem di masa pensiunnya masih terus saja mendampingi kader-kader KB baru yang nantinya akan menjadi dalinem baru di desanya. Karya Dalinem memang tidak seheboh terbosan politisi di senayan. Namun, karyanya yang sederhana di pegunungan Candi Boko sungguh terasa bagi masyarakat. Dan tanpa sadar, telah mendorong masyarakat menuju kepada keswadayaan sendiri.
DALINEM
Tanggal Lahir : 25 April 1951
Alamat : Sumber Watu Sambirejo Prambanan Sleman